Jumat, 30 April 2010

TUHAN

Cinta Kamu Selamanya...

Sampai detak jantungku berhenti.
Sampai nafasku yang terakhir.

Satu-satunya cinta.
Untuk kamu, tuhanku.

Penuh Cinta,
Saya, Rangga, dan Laura.

RANGGA

Be, kamu sangat berarti. Istimewa di hati. Selamanya rasa ini....

Rangga : " Nyeheheheheh -_-" "

Sayang kamu selamanya, Be...

Jangan lupa berdoa.

Jangan lupa mimpi yang kita rancang.

Jangan lupa bersyukur.

Sayang, doa, peluk, dan cium paling hangat,
Saya dan Laura.

LAURA

Kangen Laura.....

Gadis kecil saya yang memberi pengaruh besar.

Selamat malam, sayang.
Jaga diri baik-baik selama tidak ada saya dan Rangga.

Jangan lupa berdoa sebelum tidur.

Cium sayang, peluk paling hangat,
Saya dan Rangga.

MONYET

Sumpah itu manusia satu!!!!!
Always makes me smile:) :) :)
Kurang huh!
Nih senyum lagi yang banyak :) :) :) :) :) :)

Dasar Monyet!
:) :) :) :) :)

Saya. Kalian. Mereka. Bahagia.

Yaaa..... Blogging lagi! Hal menarik ketika pikiran ini berkecamuk tak menentu...
I mean like... Ada ide gitu kali ya.
Hmm.... Hari ini dikejutkan kedatangan Ayu yang blah blah blah, cerita yang fantastikal! Dan saya terus merancau sampai puas.
Mari kita bahas sedikit tentang apa yang namanya kebahagiaan orang lain. Permasalahannya selalu bentrok dengan keinginan pribadi yang meletup-letup.
Gadisku... Ini juga dialami oleh saya. Dan bukannya saya sok tua mau menguliahi senior sendiri. Tapi kalian kadang lupa bagaimana rasanya karena hal tersebut (mungkin) pernah kalian alami di jaman baheula. Dan gak ada salahnya saya sedikit mengingatkan.
Ini masalah euforia. Tidak lebih dan tidak kurang. Namanya juga romantisme sesaat (rasanya kata itu adalah yang paling fair untuk diucapkan!)
Tapi jangan lupa, hidup ini selalu punya kolerasi antara kita dan manusia lain dan ujung-ujungnya bisa jadi sangat kompleks.
Sekarang tanya yuk ke dalam diri masing-masing, apa mungkin setelah banyak sekali hal yang terjadi, lalu kita masih berhasrat membunuh kebahagiaan orang lain yang mana sudah sangat jelas punya keterikatan mutlak. Yang absolut. Sekeras apapun kita mencoba untuk masuk ke dalamnya. Tapi benteng pertahanan mereka lebih kuat dari yang kita punya.
Jadi sekarang, saran saya, mari nikmati saja atmosfer di lingkup ruang kalian, SAMBIL membuat benteng pertahanan diri sendiri. Hal macam begini yang tidak kalian sadari akan membangun semua hal yang nantinya luluh lantak. Dan satu hal lain yang tak kalah penting, sesuatu yang punya daya magis luar biasa hebatnya, yang kita sebut sebagai tuhan-nya kita, ia tidak sedang tidur. Ia selalu melihat. Ia selalu punya sesuatu yang indah untuk kita semua pada akhirnya.
Hanya....
Tertawalah saat harus tertawa.
Menangislah saat harus menangis.
Berpikirlah saat harus berpikir.
Berbagilah saat harus berbagi.
Dan...
Ikhlaskanlah karena semua akan dan mungkin terjadi.

Saya, yang selalu sayang pada perempuan-perempuanku,
Yours.

D. E. S. T. I. N. Y

Saya tak sabar berbagi sedikit...

Namanya B. Saya memanggilnya B (Bi). Pria dewasa yang mapan luar biasa. Yang tampannya jangan ditanya. Yang hidupnya bahagia (lagi!) luar biasa!
Dia, sebenarnya saya juga bingung mesti memberi label apa pada dirinya. Teman? Sahabat? Atau apa? Rasanya dia tidak masuk dalam kategori apapun, tapi tetap dia adalah manusia yang spesial untuk saya.
Kami bertemu sekitar ya... Lebih kurang 3 tahun lalu. Proses kenalan kami pun aneh bin ajaib dan saya terlalu malu menceritakannya.
Tapi dari sanalah kami berangkat menggali diri masing-masing. Saya kenal dia seutuhnya. Seutuh-utuhnya.
Kami bertemu beberapa kali. Dia mengunjungi saya, saya pun mengunjunginya. Kami biasa datang ke venue masing-masing ataupun singgah di coffee shop terbaik. Sama seperti dirinya. Terbaik.
Inilah hubungan dua manusia yang sempurna. Setelahnya, kami selalu vakum bertemu. Tapi perasaan kami selalu sama-sama kuat. Atau hampir selalu, saya juga kurang pasti.
Yang pasti adalah, dia ada saat saya menangis. Entah tiba-tiba menghubungi saya atau apa. Fyi, kami jarang sekali bertemu dan berkomunikasi.
Dia yang ada meyakinkan saya bahwa semua akan baik-baik saja. Dia ada dan selalu bilang bahwa waktu saya masih banyak sekali, saya masih sangat muda, akan ada banyak kejutan di dalam hidup, untuk saya.
Dia yang selalu bilang, sayalah satu-satunya yang tahu siapa dia. Dia bilang saya adalah wanita baik-baik dan akan mendapatkan yang terbaik juga.
Aneh. Banyak yang ganjil ya.
Di satu sisi, kami tidak pernah sekalipun melakukan kontak fisik secara mendalam. Sepertinya sudah ada yang mengatur ini semua. Dan tidak sekalipun kami ada di fase itu.
Mungkin ini yang orang sebut takdir.
Sudah ada yang mengatur.
Dan saya bersyukur karenanya.
Kami sebagai 'apapun-itu-saya-tak-peduli', membuat suatu kisah yang pantas sekali dikenang sampai nanti saya jadi nenek-nenek.
Yang saya tahu, B adalah manusia baik yang tuhan kenalkan pada saya untuk menyadarkan diri ini bahwa di luar sana, masih ada rasa sayang untuk saya. Sedikit kenyamanan untuk saya yang kadang labil sekali.
Saya tiba-tiba rindu tawanya...
Tiba-tiba rindu 'Heh,jelek lagi di mana!'
Tiba-tiba rindu 'Dear, everything will be fine. Sooner you'll smile again...'
Tiba-tiba rindu padanya..
Padahal, detik ini saya tidak tahu dia di mana, sedang apa, bersama siapa. Dan mungkin saya tak mau tahu.
Tapi, saya selalu mendoakannya. Agar selalu baik.
Tiba-tiba, saya merindukannya...
Dan ingin dia bahagia...

Kamis, 29 April 2010

Sepotong lirik di Sabtu pagi

"I bruise easily. So be gentle when you handle me.
There's a mark you leave, like a love heart carved on a tree.
I bruise easily. Can't scratch the surface without moving me.
I bruise easily."

Dan....

Kali ini baru saya bisa sangat sadar... Ternyata saya bisa juga trauma karena makhluk ciptaan tuhan yang namanya 'pria', yang punya penis, yang suka-suka sendiri..

There's nothin else I can say.

T R A U M A
R
A
U
M
A

Bayangkan bagaimana ia bisa begitu benci dan trauma terhadap saya DAN pada saat ini pun, ia yang sedang membuat saya!

Monyet!

Ada Dia, tapi Tak Ada....

Beberapa minggu terakhir ini agak hampa. Ada dia, tapi ternyata tak ada. Ada beberapa kebiasaan dan ritual yang biasa dijalani, tapi ternyata harus berhenti hanya sampai di situ.
Ya, kami bukan mengejar apa yang mereka bilang 'rasa'. Kami menjalani kisah baik yang romantis. Atau, mari sebut saja romantisme. Tapi semua berbalik pergi dan menjauh.
Saya mau berteriak. Saya dahaga. Saya pikir semua akan sangat baik sampai tiba waktunya di mana pasukan harus bubar jalan. Wah, dalam kondisi seperti ini, posisi jalan di tempat rasanya akan lebih nyaman ya.
Tapi beruntungnya, saya jadi lebih dewasa. Entah ya apa maksudnya. Tapi perubahan itu... Saya merasakannya langsung. Berkembang dan meledak di setiap sel tubuh ini.
Anehnya, orientasi saya berputar tajam. Aneh sekali. Saya berubah. Saya secara sadar dan tidak merubah diri ini.

Beberapa minggu terakhir ini, selalu ada masanya saya merasa kosong dan menyedihkan. Walaupun setelahnya, saya coba bangkit lagi.
Apa dia merasakan hal yang sama. Dan apakah saya mau peduli. Saya berharap jawabannya akan semacam 'iya'. Saya tidak sanggup berbohong terus. Saya hidup dalam kenyataan seperti yang selalu saya teriak-teriakkan.
Saya biasa menyukai malam. Saya biasa menyukai pagi. Tapi nyatanya kadang mereka malah jadi pemberi siksa yang luar biasa.
Saya tidak mau jiwa saya jadi kebas. Saya patah hati. Saya hancur karenanya. Beberapa kali.
Saya banyak berbicara dengan tuhan saya sendiri. Sangatlah membantu.
Saya hanya sangat tidak suka sendirian.
Dan sekarang dia pergi.
Entah harus bicara apa lagi.

Dear you,
Banyak-banyak doa, kasih, berkat untuk kamu.
Semua maaf mau aku tuang ke dalam waktu. Walaupun mungkin kesempatanku sudah habis.
Habis. Atau masih ada lagi.

Speechless.

Rabu, 28 April 2010

SURAT CINTA UNTUK TUHAN (VIII)

Tuhan, sumpah aku masih di kereta, dan sumpah tadi ketawa abis-abisan cuma karena perkara 'menikah','married','kawin', or apalah namanya ya.
Lah cuma bayangin aja gimana ceritanya kalo tiba-tiba Rangga mesti nikah sama aku atau Laura.

Aku : "Yah... Gimana malam pertama gue sama Rangga nanti?!"
Laura : "Kayanya gue ikut."

Itu tolol. Takdir kami adalah homo sapiens dalam rupa sahabat. Dan bayangan tadi dengan sukses bikin aku merinding disko.

Tuhan, kadang ketololan bisa berbuah manis. Membuat aku senyum sambil berimajinasi. Dan (jangan dong!) sampai jadi kenyataan. Hahahahahahahahahahaha!
Tuhan, banyak banget mimpi yang sudah ada rancangannya. Tinggal sisa beberapa major shits yang harus dipenuhi. Amin banget ya kalau jadi nyata.

Tuhan, aku semakin cinta kamu:)

Terima kasih karena hari ini aku lelah lagi, maksudnya bisa tidur blas blas masuk ke kasur.
Aku beneran gak mau hal lain selain tertawa, kerja keras, dan istirahat.

Tuhan, aku selalu mau menanyakan ini.
Will you love me in the morning? Ketika aku tidak menggunakan sedikitpun make-up, saat rambutku awut-awutan kaya setan. Will u?

I bet you will. Always.

I love u. It is bigger. Everyday.

Ps : Rangga bilang "kehidupan spiritual verine akan membaik". Kadang malah aku ngerasa udah gila.
Loh, tapi bukannya semua orang emang udah gila.

Aku orang gila yang baik hati. Amin.

I love you, good night, and....
I love you.

Selasa, 27 April 2010

SURAT CINTA UNTUK TUHAN (VII)

Tuhan... Rasanya koq ya hari ini lebih berat dari biasanya. Galau sekali. Dia datang terus, mampir terus di pikiranku.
Aku sampai bingung harus lari ke mana lagi. Kalau begini kejadiannya, sepertinya aku jadi tahu siapa yang paling brengsek. Aku sih tidak marah, sedikitpun. Hanya bingung. Kenapa harus ada dia yang 'pernah' datang dan lalu pergi.
Sepertinya seenak hati, gak pakai otak.
Apa jangan-jangan gak punya otak?
Atau aku?
Aduh, duh, duh... Ampun deh, tuhan.
Bingung sekali harus apa.
Dari setiap kesempatan, aku sukses memilah-milah apa yang harusnya ku cerna dan tidak. Tapi perasaan ini. Perasaan tai bebek.
Tuhan... Aku hanya mau hari ini bisa normal lagi. Banyak sekali yang harus aku kerjakan, dan bukan hanya memikirkan dia.
Semuanya sudah aku buang jauh-jauhhhhhhhhhh...

Oke, aku mandi, menjadi cantik dan baik hati.

Dari yang butuh turunin berat badan sebanyak 5 kilo,
Yours.

SURAT CINTA UNTUK TUHAN (VI)

Tuhan....

Hari ini, aku kelelahan... Segala-galanya. Hati, pikiran, semuanya deh.
So just let's get a relax ya. Oh ya, aku lelah. Ini dalam arti sebenarnya loh. Mungkin di samping syndrome patah hati dan blah blah blah, aku juga kali ya yang terlalu aktif.
Hari ini, yang membedakan adalah...uhm... Dari tadi berangkat kuliah, semua hal jadi kaya lagu 'If this isn't love' yang aku putaaaaaar terus sebanyak dua juta enam ratus tiga puluh sembilan kali, di iPod.
Yang mana artinya, pikiranku berputar-putar terus dan terus dan terus.
Ada papi (porsi paling banyak), ada semua hal.
Tapi aku semangat loh ketik-ketik kalimat baru di sini, untuk kamu:)

'If this isn't love, tell me what it is...'
Aku yakin, aku di fase baru di mana aku bisa hidup lebih layak dari kemarin.
Aduh, lagunya stuck di kepala.

By the way, makasih loh buat 'hadiah' ulang tahunku:) :) :)
Oh ya,tuhan... Aku udah di ranjang dan merasa sedikit ngantuk.
Lebih baik sekarang tidur.
Kayanya besok pagi mau lari.
Kalau mood:)

Yang minta supaya gak jadi orang sombong (amit-amit,jauh jauuuuuh!),
Yours.

Yang selalu mencintaimu sepanjang hidupnya,
Yours.

Yang mau DIE-T,
Yours.

Yang (kalau!) Besok mati pun gak akan menyesal,
Yours.

Tuhan, have I told u this?
I love you:)

Minggu, 25 April 2010

SURAT CINTA UNTUK TUHAN (V)

Tuhan, hari baru. Aku sedang berada di dalam busway. Jadi berpikir betapa hebatnya punya Blackberry, di samping... Ya, kau pasti tahu maksudku.
Pagi ini, perasaanku sedikit terganggu. Tapi hilang sih dalam hitungan menit. Tuhan, pastikan padaku, ada porsi bahagia yang akan jadi milikku.
Banyak sekali kata-kata yang berputar saat ini.
Apalagi pertanyaan.
Mengapa begini, mengapa begitu, mengapa jadinya harus seperti ini dan seperti itu. Tuhan, aku hanya mau sedikit tenang.
Sepertinya sedikit mengerikan bahwa perasaanku hancur berantakan hanya karena perkara maaf.
Bisa ya ada orang yang begitu kerasnya. Kali itu, pure, murni, semua salahku.
Tapi apa bisa hanya dengan menyesali, aku akan jauh lebih baik. Sepertinya tidak.
Perasaanku. Perasaanku terlalu besar.
Selalu salahku. Terlalu total memberikan semuanya.
Terlalu.
Tapi rasanya 'iya banget' kalau semua hal yang 'terlalu' bisa membunuh.
Terlalu kaya.
Terlalu cantik.
Terlalu pintar.
Terlalu cinta.
Oke, yang terakhir mari kita coret ramai-ramai.
Tuhan, bukannya aku skeptis.
Aku cuma sudah melakukan sebatas aku mampu. Minta maaf. Berjanji. Dan melakukan. Tapi tak ada yang mau melihat.
Menangis malam itu, rasanya cukup sekali. Cukup secukup-cukupnya.
Aduh, kepalaku berputar hanya karena kata 'cukup'.

Tuhan, ini hari pertama midexam. Sama sekali tidak punya keyakinan apa-apa.

Oh ya, tuhan. Aku mau berterima kasih kepada semua yang membantuku melewati hari kemarin.
Tapi, enaknya bagaimana ya.

Yang masih belajar menyukai hari senin,
Yours

SURAT CINTA UNTUK TUHAN (IV)

Masih dihari yang sama, tuhan. Hari ulang tahun. Aku mulai 'berpikir' lagi. Aku tidak sendiri kan? Berjanjilah kau tidak akan menjauh. Semua bayangannya aku tolak mentah-mentah. Aku berpikir, kalau hal seperti ini yang akan dapat membantuku, mengapa aku harus mengingkarinya. Aku bukan berbeda. Hanya saja caraku yang satu ini, aku harap dapat dimengerti. Hanya itu.

Tuhan, semakin jauh aku berlari, tolong buat bayangannya pun ikut berlalu. Aku pasti sanggup. Sedikit lagi dan aku akan tertawa lepas.

Aku mulai tersenyum lagi. Lagi. Aku melentingkan semua asap yang kuharapkan dapat terbang pergi seiring dengan detik yang terus berlari. Biarkan aku menjalani hidupku yang sekarang. Yang harusnya bisa membuatku lebih hidup dari hari kemarin.

Masih, 25 April 2010.

SURAT CINTA UNTUK TUHAN (III)

Terima kasih,tuhan. 20 tahun ini, aku harapkan bisa lebih banyak mengajarkan hal-hal baik, meninggalkan hal-hal buruk, belajar untuk tidak mengulangi kesalahan bodoh, kehidupanku semakin lancar dalam segala aspek.

Dengan cinta yang tak pernah berkesudahan,

Yours.

SURAT CINTA UNTUK TUHAN (II)

Tuhan, ada kemajuan. Aku tersenyum dan aku tertawa, walaupun masih mau (sedikit) menangis. Tapi aku selalu percaya apa yang telah kau buat dihidupku akan menjadi kisah indah yang dapat diukir nantinya.
Aku senang hari bisa dibilang berjalan dengan baik dan lancar. Sedikit belum terbiasa, tapi aku mencoba begitu keras untuk melupakannya.
Kadang berada di luar rumah tak memberikan kenyamanan yang aku cari. Tapi, aku percaya selalu ada tuhan.
Selalu ada tuhan yang tak pernah berhenti menghiburku:)

Tuhan, aku akan sangat banyak bercerita padamu, walaupun tidak dalam kata-kata yang lugas. Aku mencoba mengulang semua dari awal. Hanya saja, berita lucunya, aku bingung kenapa aku bisa melewati hal yang lebih berat dari ini?:)

Sekarang aku tersenyum dan sedikit berpikir. Hal yang paling burukpun sudah kulalui. Lantas, kenapa aku bisa pada saat itu. Apalagi ini ya, pasti tidak akan jadi apa-apa. Tuhan, tolong bantu aku:)

Hidup ini bisa menjadi sangat lucu ya,tuhan?

Dan tuhan, disaat ini aku merasa tenang sekali. Terus selimuti aku dengan kasihmu. Jangan biarkan aku berlarut dalam masalah. Aku percaya padamu, esok hari akan membahagiakan sekali:)

Tuhan, aku tenang sekali. Aku tenang sekali.

Karena kau selalu di sisiku. Di sini, tak lari ke mana-mana.

Aku bahkan bisa merasakan kau senyum saat ini ke arahku, membelai lembut kepalaku.

Semuanya akan baik-baik saja.

Tuhan, aku masih bertanya bagaimana bisa aku melewati masa-masa sulit dihari kemarin?

Biarkan aku tersenyum lagi dan memikirkannya sejenak.

Ini bisa jadi kisah yang lucu:)

SURAT CINTA UNTUK TUHAN (I)

Tuhan...
Rasanya masih sakit. Rasanya masih pedih. Rasanya bahkan aku sudah tak sanggup lagi.
Tapi, tuhan...
Aku masih punya kau. Yang selalu di sini, di hati. Yang tak pernah pergi dan berlalu meninggalkanku.
Tuhan...
Kau tahu aku masih mencoba, berusaha, dan keluar dari perasaan seperti ini.
Tapi, tuhan...
Lagi-lagi kau tak lelah menjagaku, kewarasanku, keseimbanganku.
Tuhan...
Sudah ya, aku letih sekali menangis walaupun rasanya masih sangat ingin.
Tapi, tuhan...
Aku mengerti, maumu kadang harus selalu diikuti. Dan kali ini aku tak mau menyangsikannya.
Tuhan...
Aku amat percaya bahwa setelah ini akan ada pelangi yang sangat cantik. Aku percaya kau tidak akan selangkahpun menjauh. Aku yakin kau telah siapkan apa yang namanya indah di ujung jalan sana.
Aku mencoba menjangkaunya karena kau yang akan membantuku melewatinya.
Terima kasih, tuhan.
Tidak pernah lelah mencintaiku, menyayangiku, menjagaku disaat apapun.
Tuhanku, kau adalah yang terbaik.
Best Birthday!

Kali ini, benar-benar no such thing yang macam cinta-cintaan.
Saya nyaman melakoninya, karena di samping saya akan avoid that thing for a while, saya juga punya beberapa alasan yang masuk di akal.
Dan (lagi2!), terima kasih kepada tuhan yang selalu bisa membuat saya berbesar hati atas apa yang telah terjadi tepat seminggu ini.
Saya sudah tidak bisa menyesali. Tapi bersyukur sekali karena pada akhirnya saya tahu siapa dia dan siapa saya.
Saya paham intensitas, arah, dan tujuannya ke mana.
Dan dari situ, saya bisa menentukan arah baru.
Rasanya sudah tidak ada marah. Walau ada sedikit trauma.
Dan lagipula, saya tahu apa jawabannya.

Ya, saya benar-benar butuh waktu untuk sendiri.
:)

Sabtu, 24 April 2010

Satu Lagi.....

Saya akan selalu menjadi Chocholate Martini, mungkin?
:)

Selamat malam menjelang pagi, dunia.
Selamat tidur...

Surat Cinta Untuk LVD-Happy Twenty

Hari ini, saya tepat berusia 20 tahun. Usia nanggung. Saya akan menyempatkan diri sedikit merenung sebelum tidur dan terlelap.
Sahabat yang menakjubkan.
Apple pie surprised yang tidak akan bisa saya lupakan.
Mereka berusaha sekuat itu, membuat beberapa waiters berteriak menyanyikan lagu ulang tahun untuk saya, dan mengucapkan.
Terima kasih, seorang wine campur sunkist, yang tak saya ketahui namanya, tapi pastinya ia Laura.
Terima kasih, seorang lagi yang beralih dari tropical peach ke peer 'apapun-itu', Rangga, tentunya.
Terima kasih, ucapan yang bertubi-tubi dari SEMUA orang yang sangat spesial di hati saya. Yang kadang tak saya sadari kredibilitasnya.
Terima kasih, hidup, yang tak pernah lelah membuat saya menangis dan tertawa. Yang selalu punya warna untuk ditorehkan selama saya masih bernafas.
Tuhan, banyak-banyak rasa syukur yang rasanya tidak mau habis.
Hari ini saya tertawa lebar sekali sampai merasa paling cantik.

Maaf, atas segala salah dihari kemarin.
Maaf, kepada semuanya yang telah saya sakiti, merasa saya sakiti.
Dari hati yang paling dalam, saya mengantarkan maaf yang paling dalam.
Atas semua angkuh, egois, dan seribu satu hal lain yang bisa menyakiti.
Sekali lagi, saya di sini mengantarkan maaf pada semua.

Hari ini, saya mau doa. Saya mau lebih baik. Saya mau lebih bisa mengontrol apa yang akan saya ucapkan dan lakukan.
Saya sudah tidak mau terlalu banyak menyesali diri dan beberapa kehilangan yang membuat saya sangat perih.
Saya sudah akan melangkah lagi.

Terima kasih. Maaf. Tuhan selalu di sini. Di hati.

Senin, 19 April 2010

at least. setidaknya. sekurang-kurangnya.

Saya sudah minta dimaafkan. Tapi ternyata tidak memberikan dampak baginya yang 'bisa' memaafkan dan saya sebagai terdakwa.
Ya sudah.
At least, saya minta dimaafkan karena SAYA BENAR-BENAR MERASA SALAH dan tidak akan mengulanginya.
Setidaknya, saya minta dimaafkan supaya sebuah, yang katanya 'hubungan-orang-dewasa' bisa diperbaiki perlahan.
Sekurang-kurangnya, saya minta dimaafkan agar ia mau mengerti bahwa hati saya tulus minta dimaafkan.
Agar tidak ada perang.
Tapi ternyata tidak ada respons.
Baiklah. Saya cukup.
Saya minta dan saya tidak diberi.
Baiklah. Saya berbalik dan pergi.
Karena sudah acapkali seperti ini.
Saya mau kebas hati.

Minggu, 18 April 2010

adik

Ada adikku.
Setiap melihatnya, aku selalu menangis. Menangisi semuanya. Ayah yang pergi ke tempat yang jauh di sana. Adikku tak mendapat porsi yang seharusnya dia dapatkan. Sehingga kebutuhanpun tak pernah tercipta.
Setiap melihatnya, aku selalu menangis. Ibuku yang kadang bersikap sangat tolol.
Adikku.
Setiap marah padanya, mataku nyalang dan basah.
Setiap marah padanya, hatiku nangis darah.
Setiap marah padanya, hal yang paling kubenci hanyalah diri ini.
Tuhan, satu kebahagiaan untuknya.
Ambil bagianku.

Selasa, 13 April 2010

absurd

Tuhan, perasaan saya bergemuruh sangat hebat. Rasanya absurd.
Ke mana perginya dia. Tapi, ke manapun itu, bukan saya yang menjadi tujuan akhirnya.
Saya hanya ingin mengangkat dua tangan tanda menyerah.
Dia tidak mau peduli.
Tuhan, hati saya seperti sirkus. Saya tidak tahu, tapi ada gendang bertalu-talu, membuat sesak yang tak tahu sampai kapan akan begini.
Saya tidak mau mencintainya. Rasanya sakit.
Tuhan, langkah yang saya buat dan saya pikir bisa dinikmati hasil akhirnya, rasanya hanya sia-sia.
Saya yang terlalu cepat mengumandangkan hasrat.
Dia tidak mau tahu.
Kecuali kebahagiaannya sebagai seorang juara nomor satu.
Kecuali kesenangannya pada fitur-fitur dunia yang personal.
Kecuali senyumannya untuk ambisi yang matang dalam rancangannya.
Tuhan, rasanya sakit.
Tidak mau berhenti, walau untuk sedikit empati.
Tuhan, rasanya galau.
Tidak ada cahaya di lorong hati yang sangat ingin membagi.
Tuhan, saya sudah mencobanya. Menukar peran multi-tasker kepada manusia yang fokus dalam satu hal paling penting.
Tapi tidak bisa lagi.
Saya menjerit.
Menyublim warna terang menjadi pasrah.
Tuhan, jangan lagi.
Kali ini saya mundur teratur.

Senin, 12 April 2010

Lesson Learned

Hari ini, hampir 8 jam pertemuan dengan 2 orang yang saya kategorikan 'sahabat', dan seorang lagi yang masuk dalam jajaran 'teman'. Saya memahami porsi saya.
Dulu, ketika kami masih berjalan seirama, dia malah membuat saya meradang disuatu malam yang harusnya indah.
Ada musik, ada wine, ada kegembiraan, ada banyak manusia baik.
Tapi tak ada dia dan kehadirannya.
Sesaat kami ber-empat bertengkar sangat hebat. Sangat. Rasanya seperti saya siap mencekik lehernya sampai mati.
Saya berteriak tanpa aturan. Saya merasa hilang dalam gelap. Saya bahkan tak kenal siapa diri ini.
Saya hanya menunjuk wajahnya, menghardik, bergumam, diam kehabisan tenaga lalu menangis.
Saya seperti hilang di dimensi lain. Mencoba keluar dari mesin waktu.
Hari-hari yang panjang. Tanpa dirinya.
Saya masuk dalam kategori patah hati. Saya tidak bicara dan keluar dari kamar. Saya hanya mau meratapi kosongnya pikiran.
Dia ambil semua. Saya beri segala.
Tapi ternyata masih belum cukup.
Tersisa 3 manusia.
Yang hanya bisa saling memberi dukungan. Tapi di atas itu, kami berdiri di masing-masing kewarasan dan masih bisa merasa beruntung.
Kami masih memiliki satu sama lain.
Pertanyaan semua orang hampir sama. 'Semua' apa yang sudah saya beri.
Bukti masa depan saya, saya beri.
Dan hari ini, lelahnya mata, hati, dan pikiran mempermainkan saya.
Saya sudah tak mau bicara.
Saya sudah katakan semua.
Saya tidak mau memandang.
Saya selalu mencari sudut lain.
Saya tidak mau berpikir.
Tapi ternyata hati masih mau berbagi.

Dia (berbicara kepada semua) : Ya, all I know is, everything that happened in my life should be lesson learned.
Saya (berbalik dan memandangnya) : Have you learned enough?
Dia : .... (Terdiam)

Ternyata marah dan mual itu masih ada. Hidup di sana. Tempat yang saya sendiripun tak ingin menjangkaunya....

Sabtu, 10 April 2010

Personal I

Sudah beberapa malam minggu saya lewati di rumah. Sendiri. Saya merasa nyaman melakoninya. Ada beberapa pertimbangan yang merubah keseluruhan diri saya secara total. Perlukah saya ungkapkan?
Saya sedang membagi perasaan dan pikiran dengan seseorang yang berada di 'sana'. Saya benar-benar ingin menjadi sosok terbaik.
Tapi pertanyaan ini selalu berputar di kepala. "Akankah ini cukup?"
Setelah apa yang saya alami selama beberapa tahun belakangan ini, yang membuat pedih maupun senang. Saya sudah banyak belajar dari kesemuanya.
Tapi kali ini, saya menjaga semuanya dengan hati-hati, tanpa terlalu hati-hati.
Walaupun banyak hal yang mempunyai peluang menghancurkan kredibilitas saya sebagai seorang wanita, tapi saya senang bisa membatasi diri dari segala hal duniawi yang berlebih.
Benar ya kalau mendengar orang berbicara bahwa saya menjadi dewasa sebelum waktunya. Saya hanya bisa berharap bahwa saya tidak akan menyesal ke depannya.
Saya ingin berbagi cerita, secara personal.
Saya pernah menjalin suatu hubungan serius dengan pria dewasa yang pada akhirnya saya ikut bertingkah dewasa. Dalam ucapan, dalam tindakan, dalam keseharian, dan sampai detik inipun masih terbawa.
Kami pernah merancang sebuah pernikahan dengan segala tetek bengek konsekuensi yang harus ditanggung. Mungkin lebih tepatnya saya yang dipaksa menikah.
Sebelumnya, saya datang dari keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung di dalam sebuah pendidikan. Lalu, bagaimana saya bisa bergerak disaat usia saya belum memenuhi kriteria pernikahan dan (maksudnya) harus menanggalkan itu semua hanya demi pernikahan, yang saya belum tahu pasti apakah akan berjalan dengan mudah atau tidak.
Saat itu saya labil sekali.
Di satu sisi, saya boleh berbangga hati karena ternyata ada pria yang mau membagi seluruh hidupnya bersama saya. Tapi di sisi lain, saya tidak bisa.
Saya berbicara dengan sangat diplomatis, mencoba mengatakan 'tidak', dan menjelaskan semua.
Dan ketika semuanya harus berakhir, saya belajar (lagi) untuk tidak menyesali diri.
Karena disaat yang lebih tepat nanti, saya akan lebih bisa mengerti.

Jumat, 09 April 2010

kata 'maaf'

"Kenapa Tuhan menginginkan saya menangis hari ini hanyalah karena ia tidak mau saya menangis esok hari."

Pikiran saya kali ini melayang ke beberapa tahun yang lalu.. Keadaan yang sesungguhnya, saya ingin sekali waktu berhenti (pada waktu itu).
Mantan kekasih (yang ketika itu masih kekasih), disuatu siang menjelang hari petang, mengirimkan sebuah pesan singkat lebih kurang 3 halaman, yang mana menyatakan permohonan maaf yang paling dalam karena....
Ia menghamili wanita lain yang notabene 'hanya 2x bertemu'.
Saya banyak menangis, meraba-raba, berasumsi, berpikiran paling kotor.
Tidak ada kata yang lebih pantas kecuali 'hancur' untuk diri saya.
Saya banyak menghindar dari pertanyaan dan pernyataan. Saya berdiam diri dalam pilu hati yang kadang tidak tertahan rasanya.
Seperti akan teriak sekeras mungkin, menangis sampai nungging.
Rasanya sulit sekali dijelaskan.
Dia, si pria (yang pada saat itu) sangat saya kagumi ternyata hanya memperkeruh hati dan kepala ini.
Saya memulai lagi semuanya dari awal. Sebenar-benarnya, dari angka minus 10. Saya tidak mau memaafkan sampai setelah pertemuan terakhir dengannya, saya memaafkan, dan terlebih, saya minta dimaafkan.
Saya yakini, ada wanita lain di sisi dunia sebelah sana yang lebih membutuhkan mantan kekasih saya.
Sebagai ayah dari anak yang dikandungnya, sebagai suami yang bertanggung jawab atas apa yang ada padanya.
Sebagai pria dewasa yang bisa membahagiakan keluarga barunya.
Saya, sekali lagi, menyeka air mata diakhir pertemuan. Air mata maaf. Air mata kebahagiaan.
Bahagia untuk sebuah kehidupan baru yang sedang berdetak pada waktu itu.
Bahagia untuk wanita beruntung itu.
Bahagia untuknya... Seorang calon bapak yang sempurna.
Dan... Ketika saya mulai berpikir, "Jika air mata saya bisa membayar lunas dengan produk yang namanya 'kebahagiaan', kenapa saya harus berkata 'tidak'?"
Saya rasa hanya saya yang tahu...
Jawabannya..

Jumat, 02 April 2010

Ulang Tahun

Tahun ini akan tepat aku menjadi 20 tahun. Menyenangkan ya akan menjadi sesosok wanita yang siap menjelajah ke dunia yang lebih luas lagi. Walaupun maunya ada dia di sisi.
Kenapa harus ada dimensi berbeda?
Saatnya meredam emosi.
Aku menarik nafas dalam-dalam, mencari kenyamanan yang didasari keinginan yang dibuat-buat sendiri. Memang tak ada dia yang melihatku bertransisi, tumbuh menjadi anak gadis yang mengagumkan. Aku mencoba tak menyalahkan, karena menyalahkan hanya akan membuat sesak dijiwa. Aku membawa terlalu banyak harapan yang muluk.