Rabu, 14 Desember 2011

Saya sudah kehilangan keyakinan bahwa dunia di sekeliling masih membutuhkan saya.
Saya hancur saat ini juga. Saya sudah tidak punya rumah untuk bernaung. Rumah saya sendiri adalah neraka, yang penghuninya sedarah dengan saya tapi wujud mereka mengerikan.
Di sinipun sama. Saya sendiri. Tanpa siapa-siapa.

Dan ini lebih daripada mengerikan.

Tuhan, ternyata ini semua, yang sedang saya jalani, adalah mimpi buruk.

Dada saya sakit. Entah apa namanya.

Saya sudah tidak bisa hidup lagi...

Saya
Mau
Mati

Kamis, 10 November 2011

Kalau ada satu hari di mana saya merasa beruntung ialah satu hari di mana hampir semua orang bersikap manis terhadap saya.

Seperti kemarin, saat ujian tengah semester, tempat yang sekarang bernama 'neraka' slash 'kampus' tidak membuat saya muak.
Muak, karena hampir semua anak-anak saling berteriak, dan kondisi 'gue-gak-keren-kalo-belum-ngerokok', orang-orang yang sliweran hanya untuk mendapat atensi publik dan sebagainya.
Tapi kemarin...

Ketika baru sampai, satu dua teman menyapa, ujian cepat dan hmm... Terkendali, lantas bertemu senior yang baru saja membuat hard cover skripsinya.
Bertemu dia sama dengan menjadikan perbincangan menjadi sesi wawancara.

Ia tanya hampir semua hal yang menjanjikan.
Apa arah tulisan saya, saya menulis apa, apa yang saya baca dan tulis dan sebagainya.

Dan ia lama bercerita tentang skripsinya yang ternyata membuat skrip film. Dan betapa cemerlang ide yang ia miliki.

Omong-omong, saya terduduk di coffee shop ini, sebentar lagi harus beranjak...

Mungkin menemui orang untuk mendapat sesi wawancara berikutnya.

:)

Sabtu, 22 Oktober 2011

Tuhan, aku rasa ketakutanku tidak akan pernah luntur. Aku merasa ini semua membuatku terasing dan terpuruk.

Dan aku hanya bisa bicara padamu. Aku menyedihkan.

Tuhan, apa aku minta terlalu banyak...

Dan tuhan, jangan biarkan hal-hal buruk menimpaku lagi...

Selasa, 18 Oktober 2011

Hati saya bergeming. Entah apa namanya ini. Apa yang ia sebut sebagai takdir membawa saya terjatuh dan parahnya, lebih dalam lagi.

Apa yang saya mau dan apa yang saya ingin hanyalah rasa tenang.
Dan nyatanya tak akan pernah jadi mutlak milik saya.

...

Banyak orang yang berakhir karena merasa kehilangan dirinya.
Saya belum siap lagi.
Atau sudah, saya pun kurang paham.

Dan tiba-tiba saya percaya bahwa tujuan kami sama.
Atau berbeda, saya pun kurang mengerti.

Pelajaran yang saya petik dari beberapa hari terakhir adalah ketika kita tidak ungkap apa alasan yang sebenar-benarnya, yang padahal kita sudah tahu jawabannya, saya hanya mau menjawabnya : "Kamu tahu kenapa..."

Kali ini. Sekali lagi. Saya pergi bergegas meninggalkan kotak kosong bernama 'Judul'.
Belakangan, saya tidak berhenti bermimpi. Tapi disetiap mimpinya, semua hal terasa terlalu nyata. Saya tahu bagaimana rasanya jika mimpi saya menyedihkan sekalipun, saya bisa merasakan setiap sel di tubuh ini. Saya tertawa lepas.

Dan baru beberapa menit yang lalu, saya terhenyak.

Dan mulai menyadari...

Tempat tidur itu.
Kamar mandinya.
Setiap jengkal di ubin yang dilewati.
Foto-foto yang tersembunyi.
Kenangan yang membuat saya mati.
Memori yang membuat saya nyeri.

Itu semua menjadi semakin nyata.



"There's a boy I know... And he loves her so... I'm not that girl... He could be that boy... But I'm not that girl..."

Rabu, 05 Oktober 2011

Benar adalah benar

Ada terakhir yang tidak akan pernah jadi akhir. Ada awalnya yang tidak akan pernah jadi awal. Di mana semua tanya berkumpul jadi satu.

Kadang hati digenggam masa yang entah kapan akan lepas, seraya mata menguapkan linangannya. Yang menunggu untuk dihapuskan dari dunia.

Benar adalah benar.
Dan ketika salah yang membentang benang kebenaran, di atas segalanya, aku kandas dalam malam.

Benar adalah benar.
Dan ketika hati tertuju pada lelah, di batas kata yang digumamkan seraya tak bernoda, ia akan menjerang karang.

Benar adalah benar.
Dan ketika tabir kita telah terbuka dan disangkal oleh mereka, kita terusik oleh sepi.

Benar adalah benar.

Untuk L.V.D


Jumat, 30 September 2011

Berikan segala. Tapi percaya saja, ada satu ruang yang masih saya sediakan untuk diri ini. Yang tidak akan pernah dibagi.
Anggap saja saya punya 10 kotak kayu, dan 1 yang hanya milik saya.
Isinya? Kewarasan saya, mimpi-mimpi saya, masa lalu saya, harapan-harapan saya, dan setengah hati saya.

Saya berjanji, tidak akan pernah memberinya kepada siapapun.

Minggu, 25 September 2011

Berlari

Saya yang sudah mulai jengah dengan sekeliling. Saya yang sudah mulai muak dengan waktu yang tidak pernah berhenti berdetik.

Saya mau berlari.
Saya mau sembunyi.

Dan kenapa orang lain enggan mengerti di setiap saat saya mencoba memahaminya.

Selasa, 20 September 2011

Di sini, duduk terdiam, dan merindukanmu.

Merindu hadirmu. Merindu wujud aslimu yang datang manyapa dengan peluk dan cium yang luruh dalam waktu.

Aku merindu hasratmu yang menggebu.

Aku merindumu...

Rabu, 07 September 2011

Tuhan, saya perlu bicara padamu.
Tolong saya kali ini. Tidak ada cara lain kecuali meminta padamu.
Tolong saya kali ini. Dua hari.

Oh, tuhan. Tolong bantu saya.
Saya tidak ingin melewatinya.
Mungkin malam ini saya akan berdoa panjang dikali lebar.

Tuhan, tolong...

Selasa, 30 Agustus 2011

Rasanya cukup adil buat entri baru selagi menunggu mata terkatup.
Ini hari lebaran! Selamat menuju hari kemenangan, bukan hanya untuk para muslim tapi seluruh agama di Indonesia!
Semakin satu dalam keragaman!

Selanjutnya, saya berpikir keras.
Jadi, baiknya saya berpikir atau tetap mengetik?
Dua-duanya, supaya adil.

Saya berpikir.
Sambil mengetik.

Minggu, 21 Agustus 2011

Saya bingung memikirkan kenapa orang lain bisa dan saya tidak.
Atau mungkin keahlian saya yang pudar dimakan masa?

Atau apa...
Serasa membunuh hati dan diri kalau begini terus menerus.

"I wanted you bad, I'm so through with it. Cuz honestly you turned out to be the best thing I never had..."

Ini perkara-nya beda. Semua serba berlebihan.
Statusnya. Status saya. Masa lalunya. Masa lalu saya. Masa sekarangnya. Persetan dengan masa depan.

Tapi akhir-akhir ini bukan hanya 'the past' tapi 'the present'.
Momok semakin banyak.

Yang harus dipahami adalah diri saya, mental saya, kebahagiaan saya. Sekarang fokusnya pecah.
Padahal, saya diam-diam berubah dan memang flow-nya akan selalu begitu.
Berubah ke arah yang lebih baik.
Tapi kalau semuanya hanya saya simpan ya buat apa menjalani berdua.
Ini tetap tidak sehat. Jadi, saya harus apa dan bagaimana?

Ini cinta (lagi), saya berani bertaruh lebih banyak. Tapi saya tidak berani melangkah lebih jauh...

Sabtu, 20 Agustus 2011

Medio Agustus

Merdeka-kan cinta yang terkungkung rapat di dalam lubang tak berlubang!

Merdeka-kan hati yang menjerit tertahan!

Merdeka-kan angin yang disesap untuk merasakan kehadirannya!

Merdeka-kan air yang terlalu cepat melaju dan mengembang!

Merdeka-kan hasrat yang tak adil!

Merdeka-kan kita yang belum merdeka!

Merdeka-kan AKU!

Merdeka-kan CINTAMU!

-Medio Agustus-

(Saat kita pertama berjumpa, Cinta...)

Dan sekarang...

MERDEKA-KAN INGINKU!
Bila masih ada sedikit kesempatan,

mari kita ganti malam-malam yang penuh kesendirian dengan tawa yang terpecah sepanjang masa,

mari kita nyalakan lagi lampu redup yang ditinggalkan,

mari kita singkirkan debu yang menebal di seluruh luas,

mari kita sulam ulang hati yang nelangsa,

mari kita bertemu di sini.

-Memoar 2 tahun-

Senin, 15 Agustus 2011

Hidup menjadi lebih menyenangkan. Bukan karena sudah dibaca beberapa orang. Tapi karena saya bersyukur. Bersyukur memilikinya. Bersyukur karena ada dia.

Terserah orang mau bilang apa...

Kamis, 04 Agustus 2011

It's great! I got stuffy head!
'Pekerjaan' perkuliahan yang menumpuk membuat saya semakin tumpul. Jangankan untuk nonton film di bioskop, daya saya saja bahkan sudah diserap detik-detik mematikan.
Ampun... Kadang saya berpikir untuk mati saja loh. Ini sudah di level 'tidak bisa membuat konstruksi pikiran saya menjadi sistematis'...

Hilang semua. Buyar semua. Tanpa ampun.

Sabtu, 23 Juli 2011

Dasar yang membenturkan saya ke bentuk lain. Dan saat ini saya cukup sadar mengatakan bahwa semuanya nyata. Masih ada rasa takut dan ragu yang menghantui.

Tunggu dulu...

Awalnya...
Saya sadar benar apa arti dari 'pertemanan' yang membutuhkan waktu untuk masuk, keluar jurang untuk merebut banyak kepercayaan dan rasa sayang. Dan bukan saya kalau hal tolol akan terjadi berulang-ulang karena rasanya tidak akan pernah habis. Rasa menyesal dan merasa sendiri. Dan saya cukup yakin bahwa kewarasan saya masih bisa diukur dan ditakar dalam wadah normal. Sampai saya terbentur lagi ke dasar. Pola saya sedikit berubah. Di satu sisi, saya berusaha mati-matian untuk membuat sehala arah seimbang. Utara dan Selatan. Atau apa ya, saya mungkin punya masalah di subject geografi dan pengetahuan alam. Tapi saya masih menjanjikan diri saya banyak keuntungan yang tidak merugikan orang dan pihak lain.

Dan tidak.

Saya tidak mau hal-hal berubah dan berpindah dari tempatnya. OCD saya hanya mentok di dalam masalah 'Plat Mobil'. Dan untuk urusan ini saya masih pragmatis. Saya tidak ingin hal-hal berubah. Demi tuhan-nya saya...

Akhirnya...

Saya masih memutar otak.

Minggu, 22 Mei 2011

perasaan ini tidak berjalan sesuai harapan saya...

jauh sekali.

Kamis, 28 April 2011

Kesehatan saya menurun drastis. Saya akui, beberapa waktu belakangan ini memang menguras pikiran dan tenaga. Kadang, saya merasa bahwa jiwa ini sudah tidak saya kuasai lagi.
Saya banyak diam. Saya kali ini menyalahkan. Dan semakin saya memikirkannya, maka semakin pula kepala ini.
Rasanya di dalam diri saya, tersimpan jutaan bom waktu yang siap meledak.
Saya dirundung duka. Lebih parahnya, saya tidak bisa berlari ke manapun.
Kuliah saya mulai berantakan.

Minggu, 24 April 2011

Pernah ada yang merasa amat ketakutan? Saya merasakannya sekarang. Rasa ketakutan saya lebih dalam dari kehilangan orang yang saya anggap penting di dalam hidup.
Saya bergetar tak menentu membayangkan bahwa nyawa saya dan yang lainnya ditentukan oleh manusia-manusia sialan.
Saya berubah banyak. Saya menjadi benar-benar ketakutan akan kesendirian. Saya tidak mau di rumah sendiri. Saya mau ada yang menemani. Kata-kata orang lain belum bisa menenangkan saya.
Saya benar-benar hancur saat ini.
Hancur yang dalam arti sebenarnya...

Senin, 18 April 2011

berdiam dalam diam. dicekam sepi.
mungkin sebentar lagi saya akan terbang, membias bumi menuju wahana lain di mana hanya akan ada saya, kewarasan saya, dan tuhan saya.

yang namanya menyakitkan bahwa kenyataan-kenyataan tidak membuat saya semakin kuat dan hebat. saya cukup dianiaya detik. membuat saya semakin kerdil di mata bathin saya sendiri.

di mana bisa saya temukan temuan dan formula baru untuk lari sekencang mungkin, beradu nafas dengan jam dan tempat.

di mana saya berpijak, yang tak saya rasakan lagi tubuh saya menapakkan diri di alam lain.

semuanya bermula dan berakhir.

Sabtu, 09 April 2011

Hai. Aku begitu merindukanmu. Rasa rindu ini membawaku ke taraf menginginkanmu.
Aku ingin kamu di sini, bersamaku memadu kasih.
Entah, tapi hari ini terasa begitu sepi. Pikiranku jadi semakin liar. Aku ingin disentuh. Aku ingin kamu masuk ke dalam tubuhku.

Kamu hanya diam. Seolah aku tidak nampak nyata. Kau sibuk sendiri. Dengan dunia yang lebih menarik untuk digauli.

Hai. Aku masih di sini untukmu. Ya... Walaupun kita sangat berseberangan. Aku sudah mencoba selalu ada disaat kamu butuh.
Walaupun kamu tetap sibuk dengan duniamu.

Aku hanya bisa diam.

Hai. Cinta itu tidak pernah hadir di antara kita. Akui saja. Sekarang aku lelah berlari. Apalagi menanti.

Jumat, 08 April 2011

Pertemuan kedua.
Rasa yang muncul sejak pertama kali kita berjumpa masih saja ada. Ia bertumbuh sekarang.
Tapi kamu terlihat tidak peduli. Kamu bahkan tidak mengirimkan pesan. Ya, kamu lelah. Tapi apa arti 1 jam pertemuan hari ini dibanding puluhan jam yang tersita hanya untuk pekerjaanmu, pekerjaanmu, dan pekerjaanmu.
0,25 % itu masih milikku. Dan aku tetap menikmatinya. Menikmati setiap kata yang keluar dari mulutmu.
Ya, mulutmu. Mulutmu yang jarang sekali megatakan kata-kata mutiara selain 'I Love You' yang acapkali ku dengar. Mulutmu yang haus akan mulutku.
(Aku baru melihat kamu 'muncul' dan bahkan tidak memanggilku, mengatakan bahwa aku terlihat cantik hari ini. Betapa besar usahaku yang harusnya kau hargai)
Well ya terima kasih.

Sampai jumpa di pertemuan ketiga.

Aku masih akan terus mengingat dan terus... Mengingatnya.

Minggu, 03 April 2011

rasanya sampai tidak bisa menangis lagi. rasanya sampai mendengar lagu paling sedihpun, sudah tidak ada rasanya sama sekali. bagus, saya suka mati rasa. saya puas sekarang.

dan yak, hujan sekarang turun deras sekali.
mungkin benar adanya jika ketika saya lulus nanti, saya akan ikut misi perdamaian.

meninggalkan semua hal di sini. memilah mana saja yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir.

jangan menangis, jangan menangis. kuatkan hati, kuatkan diri.

Sabtu, 02 April 2011

Sepi dan sedih sekali. Saya masih menerka, berapa lama lagi waktunya sampai saya siap dihadiahi tuhan. Sampai saya siap, harusnya.
Saya baru menutup mata dan mengatakan semua hal baik yang saya inginkan. Semoga bumi menerimanya.

Saat ini, saya hanya terlalu takut akan kesepian. Saya mau punya kekasih.

Jumat, 25 Maret 2011

setahun. dia menikah. dan saya baik-baik saja. saya masih menangis melihat status barunya. tapi percaya deh, saya baik-baik saja. dengan menangis, saya bisa merelakan banyak hal. saya bisa mengikhlaskan banyak hal. saya bisa melepaskan banyak hal. saya bisa meredam banyak hal. saya bisa belajar banyak hal.

hey, bahagia ya di sana:)

saya hanya mau saya baik-baik saja...

tuhan, sedikit lagi...

artinya : saya menjerit. setahun. dan perihnya masih banyak. kapan luka saya bisa kering dan sembuh. tuhan, tidak lagi. saya sudah tidak bisa lagi. saya tidak mampu lagi. apa harus satu tahun lagi dan saya baru akan sembuh total. saya masih menangis. saya mau mati. saya belum bisa menembus dimensi ini. saya berdiri di luar kulitnya. saya yang tidak mau berjalan. saya lumpuh. saya mati. tuhan, saya mau kekuatan sedikit lagi. tuhan, buat saya pergi dan jangan sampai kembali. tuhan, saya mulai kehilangan diri ini. lagi. dan lagi. tuhan , jangan pergi. tuhan, kembali ke sini. tuhan, saya hanya mau baik-baik saja. tuhan, tuhan, uhan, tuhan, tuhan, tuhan, tuhan, tuhan, tuhan, tuhan, tuhan, tuhan,

Minggu, 20 Maret 2011

Pikiran saya berputar di sekitar 'hubungan-pernikahan-komitmen' sejak beberapa hari yang lalu.
Saya memang sok polos, naif, dan pura-pura tidak mau tahu, tapi beberapa waktu belakangan, saya dihadapkan dengan berbagai pilihan yang tidak main-main.
Hidup saya yang awalnya bercanda banget jadi ada di level serius.
Sumpah deh saya benar-benar takut sama yang namanya kawin. Apa perasaan saya nanti ketika harus mengucapkan janji kawin, bangun pagi melihat ada orang lain di samping saya.
Apa yang harus saya lakukan ketika pagi datang? Masak? Saya gak bisa masak, sedikitpun! Kecuali ada yang berniat bunuh diri.
Cuci baju? Saya juga belum mahir! Lalu, saya harus bangun jam berapa? Masak makan malamnya bagaimana? Grocery, apa saja yang harus saya beli? Uang dari mana kalau nanti saya belum bekerja?
Mengepel lantai dan menyapu? Aduh! Syukur-syukur kalau ada pembantu! Bagaimana nego gaji pembantu? Cari di mana sih pembantu itu?
Apa yang harus saya lakukan di siang hari sampai sore? Apa yang harus saya lakukan sebelum tidur? Terus, weekend harus ngapain?
Kalau homesick bagaimana? Nanti saya punya mobil atau tidak buat ke tempat mami? Bagaimana kalau harus tinggal di luar kota atau luar negeri? Bagaimana mengolah uang bulanan? Bagaimana kalau uangnya habis?
Bagaimana kalau nanti bertengkar? Kalau mau keluar, harus pakai baju apa? Bagaimana ketika saya sedang tidak ingin bercinta dan ia memaksa? Bagaimana kalau saya sedang tidak mood ngapa-ngapain?
Bagaimana nanti kalau kami kehabisan uang? Bagaimana kalau nanti dia selingkuh? Atau selalu cek barang-barang pribadi saya? Bagaimana nanti kalau ia meminta punya anak? Argghh!
Bagaimana kalau nanti saya mau nongkrong dengan teman-teman? Kalau kami mau party?
Saya bergidik ngeri sekarang!

Selasa, 15 Maret 2011

Ini titik rendah di dalam hidup saya. Saya mulai melihat hal kecil dan membuatnya semakin besar. Saya tidak bisa menahan melihat seorang bapak tua yang mengantri bus.
Saya tidak tahan melihat orang-orang yang memanggul barang dagangannya yang berat.
Saya tidak sanggup melihat kesusahan. Tidak saat ini, tuhan.
Saya tidak mampu menahan sedih melihat pengamen cacat.
Tuhan, boleh kah saya menyerah...
Dan saya tidak bisa lagi melihat adanya pembunuhan.
Tuhan...
Apa yang saya perlukan dan harus dilakukan...
Saya tidak sanggup melihat tukang becak yang seharian mengayuhkan kakinya.
Saya tidak mau melihat tayangan televisi...
Hal di atas menyakitkan saya...
Membunuh saya perlahan...

Sabtu, 12 Maret 2011

B

Siang tadi dia datang. Ya, bisa dibilang dengan sedikit pengorbanan. Sedikit yang sedikit sekali. Tapi saya tetap menghargainya.
Saya setengah berlari masuk ke dalam mobilnya. Kami sempat beberapa menit mencari space kosong untuk parkir.
Dia tanya kenapa saya begitu nervous hari ini. Saya hanya tersenyum dan mengalihkan pembicaraan kami dengan kalimat 'You looked weird with pink...'

Kami berciuman. Kami berpelukan. Kami berciuman. Kami berpelukan.

Kami berciuman. Lama.
Kami berpelukan. Lama.

Saya hanya tidak ingin itu terhenti.

Sampai saya mati.

Selasa, 08 Maret 2011

Perempuan-perempuanku, aku cinta kalian.

Tetap jadi perempuan yang hebat, kuat, dan rasional.

Selamat hari kita, perempuan:)

Senin, 07 Maret 2011

Saat ini, saya tidak sama sekali merasa yakin bahwa saya akan bisa menangis. Daya yang saya miliki hilang semuanya tanpa bekas.
Tidak saya temukan puing-puing yang tersisa.
Saya masuk terlalu dalam ke dalam pikiran. Menyelaminya melewati batas.
Saya hanya takut... Takut sekali, akan kehilangan waras.

Saya merasa seperti habis. Hanya ada mata yang sayu. Saya menahan beban berat yang harus terus dibawa. Saya tidak pernah merasa setidak yakin ini kepada diri sendiri.
Kontrol saya lepas. Saya menggila.

Saya iri dengan kehidupan lain yang jauh lebih manusiawi.

Saya lelah sekali.
Saya akan tidur.

Jumat, 04 Maret 2011

Saya ngerti banget. Tapi jujur I feel real bad tonight. Saya punya alasannya dan gak tau ya, saya benar-benar tidak ingin berbagi dengan siapapun.
Saya mau lari dari hidup saya, sejauh mungkin...
Saya gak akan pernah mau kembali lagi.
Saya merasa bersyukur akan status single yang saya miliki.

Hanya mau bilang itu.

Jumat, 25 Februari 2011

I just met a man. Dia punya segalanya. Rasanya kami akan bertemu dan sedikit memadu kasih. Ya, mungkin juga karena saya sedikit merindukan rasa kasih dari lawan jenis.
Saya senang. Kami bertengkar, kami berbaikkan.
Saya tidak pernah berharap banyak sih, tapi rasanya seru campur aduk seperti itu.

Ini point-nya.
Kami sempat bertengkar di mana saya berniat benar-benar 'meninggalkan'nya dengan hal terburuk yang saya miliki. Defensif-isme saya.
Saya sudah siap. Bagaimana tidak?
Setahun yang lalu, hanya dengan sedikit sifat arogan, 'dia' pun pergi. Untuk selamanya.
At least, saya sudah kebal terhadap rasa 'ditinggalkan' dan dibuang jauh.
Mau kaya atau kaya, saya hanya mau pride saya yang menang.
Saya belajar banyak tentang pride.

Percaya tidak? Saya pernah berhenti berhubungan, padahal saya tahu saya yang salah, dan mencoba meminta maaf.
Itu normal.
Tapi... Saya tidak pernah mencoba menghubungi-nya untuk memohon, atau mencoba mencari atensi langsung yang mana menurut saya sih agak tidak 'punya harga diri'.
Ya, saya juga pernah melakukan itu, tapi dulu. Jauh sebelum saya tahu apa arti sebuah hubungan yang dewasa.
Bisa bayangkan bagaimana besarnya cinta (saya berani menyebutnya demikian) saya pada saat itu dan saya bisa benar-benar menahan diri untuk melakukan hal yang bisa mempermalukan diri ini.
Sampai detik ini, saya pun masih belum percaya.

Jadi ya, yang saya cinta saja bisa koq direlakan pergi jauh ke neraka. Apalagi yang sama sekali gak ada perasaan...

Well, gold nite.

Minggu, 20 Februari 2011

Huah! Saya tidak suka kamar baru saya. Oke, lebih tepatnya kamar bekas almarhum nenek dan kakek saya yang lebih kurang sudah meninggal 3 atau 4 tahun lalu. Saya tidak suka ruangannya, kamar mandinya, lemarinya, lantainya, dan yang paling mengganggu adalah bau khas kamar mereka yang tidak juga hilang dimakan waktu.
Baunya aneh. Saya tidak tahan. Ditambah dengan aroma pewangi ruangan dan aromaterapi yang memperparah kondisi ruangan.
Saya tidak bisa, hidung saya tidak mau berkompromi. Saya tidak suka baunya, demi tuhan.
Saya benci. Saya mau kamar saya yang dulu, dengan segala fasilitasnya yang tidak bisa dibilang fancy. Tapi saya mau kamar saya yang selalu membuat hidung saya menerima oksigen dengan benar.
Dan alhasil, saya kembali pada kamar saya.

Rabu, 16 Februari 2011

apa

Hey, kita bertemu lagi.
Saya baru bangun dari tidur siang sampai setengah tujuh tadi dan perasaan saya langsung berubah, sampai sekarang.
Terjadi ketika saya membuka bbm, ada beberapa yang masuk. Tapi... Saya juga tidak mengerti. Saya bermimpi tentangnya.
Padahal, saya benci sekali sama yang namanya mimpi. Mimpi indah ataupun buruk akan menjadi masalah untuk saya.
Contohnya ya seperti sekarang ini.
Saya bermimpi dia datang...
Lalu saya buka bbm-nya.

'Good night, My Bumblebee. I miss you. *hugs* *angel* *heart*.'

Dan baru beberapa menit yang lalu saya membalasnya.

'Morning, babe. I dream of you. I miss you.'

Saya ragu. Saya mau mengkerut di ranjang, menarik selimut lagi. Tapi hati ini belum juga membaik.
Saya harus apa ya sekarang ini, agar kembali seperti semula...
Sebenarnya saya masih lelah. Masih ingin tidur. Tapi ada beberapa hal yang harus dilakukan.
Saya sedang tidak ingin sendiri.

Sabtu, 12 Februari 2011

,,,,

Sayang...
Kalau ibumu tak bisa cinta kamu, maka mari kita berpikir bahwa ia teramat butuh.
Kalau kamu tidak tega melihat ayah yang selalu diam menahan panas di hati, mari kita bungkam waktu.
Sayang...
Habiskan air matamu. Pastikan kamu melepas semua kekosongan dan hampa yang melanda.
Habiskan waktu, sudahlah kita lebih dengan pergumulan jiwa.
Sayang...
Ada aku di sini. Kalaupun bisa, kamu sudah ku ajak pergi. Sedari kau lahir.
Tapi ternyata masa lalu masih butuh kompromi.
Cob sedikit negosiasi, kita berdamai dengan bumi.
Yang lelah menangis untuk kamu...
Untuk kamu...

untuk kamu, intan indah...
Masih tak habis pikir akan ulah manusia-manusia yang mengatasnamakan 'teman' seperti mereka.
Ketika saya berkata saya mau 'A', pasti ada satu di antara mereka bilang 'B'. Coba saya pikir dulu. Ini pilihan saya yang selalu tak tepat atau memang saya mudah dikelabui.
Ah, pening sekali memikirkannya.

Rabu, 09 Februari 2011

Bapak Yang Terhormat...

Saya cukup menemukan bukti dimana terlalu banyak hal yang menyimpang yang telah terjadi di negara ini. Betapa hati saya rusak, hati saya patah melihat banyaknya tayangan di gedung DPR ataupun di jalanan sana. Saya masih belum bisa menemukan kata-kata yang lebih pas dibanding 'patah', 'hancur', dan 'rusak' untuk hati ini. Saya merasa tidak bisa berbicara kepada orang lain lagi. Saya tidak tahu harus lari ke mana.
Dan saya tidak tahu siapa yang akan 'membangun negara di dalam negara', karena pikiran saya terlalu penuh dijejali berita pengalihan kasus tak berujung. Terlalu banyak nama di kepala saya.

Bapak...
Saya tahu bahwa saya tidak salah kalau setiap kali melihat para gelandangan, saya pasti menangis.
Saya tidak salah.

Saya tahu bahwa saya tidak salah kalau saya tetap menaati peraturan lalu lintas disaat manusia-manusia lain melanggarnya.
Saya tidak salah.

Saya tahu bahwa saya tidak salah setiap mendengar nama FPI, maka saya akan meradang.
Saya tidak salah.

Saya tahu bahwa saya tidak salah jika mengutuk kemacetan setiap hari karena tidak adanya ketegasan dari aparat.
Saya tidak salah.

Saya tahu bahwa saya tidak salah ketika saya marah kepada birokrasi dan kaumnya, birokrat.
Saya tidak salah.

Saya tahu bahwa saya tidak salah ketika kekecewaan saya bertambah karena kebodohan petinggi negara terlihat jelas di layar televisi, dan saya hanya bisa diam, padahal sesungguhnya saya tahu.
Saya tidak salah.

Saya tahu bahwa saya tidak salah saat....

Saya tahu bahwa saya tidak salah saat saya sadar, bahwa saya berhenti mencintai negeri ini.

Saya mendalami, terlalu banyak kutukan untuk kami.

Saya hanya belum siap untuk kembali...

Sekian.

Hormat saya, untuk anda, Tuhan-nya Indonesia,
V

Bapak Yang Terhormat...

Saya cukup menemukan bukti dimana terlalu banyak hal yang menyimpang yang telah terjadi di negara ini. Betapa hati saya rusak, hati saya patah melihat banyaknya tayangan di gedung DPR ataupun di jalanan sana. Saya masih belum bisa menemukan kata-kata yang lebih pas dibanding 'patah', 'hancur', dan 'rusak' untuk hati ini. Saya merasa tidak bisa berbicara kepada orang lain lagi. Saya tidak tahu harus lari ke mana.
Dan saya tidak tahu siapa yang akan 'membangun negara di dalam negara', karena pikiran saya terlalu penuh dijejali berita pengalihan kasus tak berujung. Terlalu banyak nama di kepala saya.

Bapak...
Saya tahu bahwa saya tidak salah kalau setiap kali melihat para gelandangan, saya pasti menangis.
Saya tidak salah.

Saya tahu bahwa saya tidak salah kalau saya tetap menaati peraturan lalu lintas disaat manusia-manusia lain melanggarnya.
Saya tidak salah.

Saya tahu bahwa saya tidak salah setiap mendengar nama FPI, maka saya akan meradang.
Saya tidak salah.

Saya tahu bahwa saya tidak salah jika mengutuk kemacetan setiap hari karena tidak adanya ketegasan dari aparat.
Saya tidak salah.

Saya tahu bahwa saya tidak salah ketika saya marah kepada birokrasi dan kaumnya, birokrat.
Saya tidak salah.

Saya tahu bahwa saya tidak salah ketika kekecewaan saya bertambah karena kebodohan petinggi negara terlihat jelas di layar televisi, dan saya hanya bisa diam, padahal sesungguhnya saya tahu.
Saya tidak salah.

Saya tahu bahwa saya tidak salah saat....

Saya tahu bahwa saya tidak salah saat saya sadar, bahwa saya berhenti mencintai negeri ini.

Saya mendalami, terlalu banyak kutukan untuk kami.

Saya hanya belum siap untuk kembali...

Sekian.

Hormat saya, untuk Tuhan-nya Indonesia,
V

Minggu, 06 Februari 2011

Malam yang hampir sama dengan malam-malam yang lainnya. Hati saya masih kosong. Beku. Saya belum bisa merasakan sentuhan rasa. Saya masih belum bisa mencium aroma cinta.
Tapi ini aneh, beberapa kali saya mati dan hidup lagi hanya demi sebuah ciuman.
Mencium atau dicium selalu sukses membuat saya bersemangat. Untuk memulai sampai diwaktu yang akhir.

Saya rindu berciuman. Yang panjang, berpagutan di dalam sepi, saling melepaskan diri.
Saya ingin berciuman. Tanpa jeda, dengan lembut, ditambah sedikit keahlian yang diselip ke dalam dirinya.
Ah, saya hampir mati.

Saya butuh ciuman. Untuk memacu jantung saya kembali bekerja.

Kamis, 27 Januari 2011

Tidak tahu ingin mengetik apa. Rasanya aku haus. Mungkin harus benar-benar ke dapur dan mengambil air.


Dasar sampah!

Senin, 24 Januari 2011

24|01|2011

1. Hari ini saya mendapati kenyataan-kenyataan pahit yang memberi efek buruk sampai sekarang.
2. Hari ini saya tetap mau bersyukur.
3. Hari ini saya tidak mau lagi diganggu.
4. Hari ini saya mau berhenti mengeluh.
5. Hari ini saya tidak mau punya pacar.
6. Hari ini saya berhenti mencari.
7. Hari ini saya begitu mencintainya dan ingin sekali ia pergi.
8. Hari ini saya menjadi dewasa.
9. Hari ini saya akan tidur panjang sampai agak siang.
10. Hari ini saya tidak begitu ingin menjalin komunikasi jarak jauh dengan siapapun.
11. Hari ini saya merasa ingin sekali beristirahat.
12. Hari ini saya belajar hal baru.
13. Hari ini saya berjalan kaki jauh sekali.
14. Hari ini saya sadar bahwa saya tidak menyukainya.
15. Hari ini saya tahu banyak sekali yang belum dikerjakan.
16. Hari ini saya merindukannya.
17. Hari ini saya merasa benar ingin sendiri.
18. Hari ini saya seadanya.
19. Hari ini saya ingin sekali berada di Bali.
20. Hari ini saya tidak habis pikir ada apa dengannya.
21. Hari ini saya tertawa.
22. Hari ini saya adalah saya.
23. Hari ini saya sudah tidak bisa menahan apapun.
24. Hari ini saya....

Minggu, 23 Januari 2011

Saya hanya ingin bilang bahwa saya bersyukur atas apa yang sudah tuhan saya berikan...
Tuhan selalu bisa membuat saya bersemangat dan tersenyum.
Tuhan selalu mengeluarkan kelebihan saya untuk menutupi kekurangan-kekurangan.

Tuhan, terima kasih untuk semuanya. Tuhan tidak pernah lari dari saya walaupun saya sering main kabur-kaburan.
Tuhan yang mencukupi seluruh elemen yang ada pada diri saya.
Terima kasih, tuhan-nya saya:)

Minggu, 16 Januari 2011

P+A+C+A+R = SHIT

Apa saya harus punya pacar dulu biar semua hal lebih mudah?
Pertanyaan itu muncul di ambang kehancuran saya.

Dan by the way, saya sedang menikmati sepi. Saya rasa kesepian bisa menghalau rasa marah dan emosi.
Dan tiba-tiba juga mas-mas marketing ini datang. Dang!
Lupakanlah, kembali ke topik awal.

Saya butuh pacar atau tidak sih sebenarnya?

Alasan saya menjawab TIDAK :
"Pacaran itu hanya rese. Hanya diusik-usik kehidupan pribadi-nya yang mengatasnamakan (pengenalan diri secara lebih mendalam). Pacaran hanya membuat stress, saat ia bersama siapa dan ada di mana, bohong saja kalau saya tidak was-was dan jealousy itu... Mmm... Saya benci sekali dengan yang namanya J-E-A-L-O-U-S-Y.
Pacaran hanya berisikan ribut-ribut dengan material bodoh. Contohnya : 'Kamu mau ke mana sih?! Gak punya waktu buat aku?!' Hey, friends are everything, tau!
Pacaran hanya mengurangi jatah waktu. Bersama teman-teman, sendiri, bersama keluarga, dan sebagainya. Apalagi kalau punya pacar yang konser-vatif. Konser terus, nyanyi terus, tanya-tanya terus, mau tahu terus.
Saya bingung, hampir semua saya pernah. Dan tidak ada yang benar-benar bisa nyambung seperti yang orang bilang 'dapat banget chemistry-nya'.
Pacaran hanya buang-buang waktu untuk berdua, nonton, makan, jalan-jalan, mesum. See? Bikin gendut, pegal, bosan, dan merugikan sih sebenarnya.
Pacaran hanya diatur, dikekang kebebasannya, belajar bohong, makan hati, kehilangan kemerdekaan pribadi, membagi separuh diri, mengorbankan hal-hal yang dirasa penting untuk diri pribadi.
Pacaran hanya terpaku pada satu orang yang belum jelas kredibilitasnya. Saya sih merasa-nya beberapa hubungan terakhir hanya memaksa diri untuk keep those things going, padahal mau muntah.
Ranah saya terlalu sempit untuk ditinggali dua manusia. Saya saja belum utuh.
Pacaran hanya proses pemisahan dari diri yang mana harus dipersembahkan kepada manusia asing.

See? Saya tidak seharusnya bertanya saya butuh atau tidak. Jelas sekali jawabannya.

Sedikit Sebelum Mandi

Sedikit sebelum mandi.
Sekarang pukul 7:26 malam. Dan saya terduduk sendiri di kamar setelah bernyanyi panjang dikali lebar, sampai mulut kering dan pegal.
Entah kenapa, apa ada yang salah dengan diri saya. Saya mencintai kesendirian saya. Bahkan terlalu.

Oh ya, hari ini masih biasa saja. Saya agak lapar sepertinya, tapi faktor internal dan eksternal tidak mendukung.

Banyak yang harus saya selesaikan di minggu depan. Banyak hal yang harus diurus. Masih banyak janji yang terbengkalai. Banyak tuntutan yang harus dihentikan.

Dan stop!
Saya harus mandi. Segera.

Dengan membayangkannya, yang entahlah siapa.

Selasa, 11 Januari 2011

selamat malam, malam

Beberapa malam ini selalu berhujan. Musim sudah acak-acak kocar-kacir. Saya masih pergi pagi-pulang pagi. Kuliah semester lima ini benar-benar membuat jantungan-hampir-bunuh-diri.
Ya! Dan hujan mulai turun sepertinya. Saya harus segera tidur. Tanpa memikirkan apapun.

Dan saya menginginkannya.
Eh, sebenarnya saya ini pathetic sekali ya. Poetic juga. Ih, lebay.
Saya juga bingung mau apa.
Padahal sudah belajar jadi anak jujur.
*Kalau memang mau, ya sudah, bilang saja.
*Kalau memang suka, ya sudah, nikmati saja.
Tapi lagi-lagi saya bohong. Akut sekali.

Apapun itu, saya pembohong ulung.
1 tahun saya bohong pada kenyataan. 1 tahun, dan saya berhasil. Saya masih hidup dan 'baik-baik saja'.
Baiklah, mari kita tunggu sampai si waras pergi.
Selamat malam, malam.

Senin, 10 Januari 2011

wow-ing things

Percaya deh, pada detik ini juga, saya sudah benar-benar kehabisan tenaga dan daya. Semua tersedot di lubang panggung Pow-wow yang benar-benar WOW!
Thanks god, event berlangsung baik dengan kesalahan kecil secara teknis. Dan non teknis.
Sore body ini benar-benar butuh recovery. Tapi saya harus bangun pagi lagi untuk sekolah.
Ampun...

Dan oh ya, sore feeling ini semakin parah.
Saya tahu bahwa saya bisa hip hop dance, tapi saya tidak bisa mencintainya.
Dia bukan untuk saya:)

Dan saya harus tetap tersenyum.

Dear you, dear W,
I love you but I just can't :)

Selamat malam, hip-hopers, pow-wowers, dan saya.
Sayacintasaya. Sayaharusmendapattreatyanglebihbaikdarisiapapun.
Darisiapapun.
Dan walau sendiri bukannya lagi suatu pilihan, saya harus tetap berbangga hati.

Terima kasih, tuhan-nya saya:)

Sabtu, 08 Januari 2011

W

Lagu cinta ya hanya lagu cinta. Aplikasinya tidak pernah nyata. Apalagi saya yang harus deal with hubungan.
Wah, saya selalu terbentur dengan hal-hal macam begitu, orang-orang yang se-tipe itu.
Tidak bisa enteng dengan hanya menjawab 'ya sudahlah saya lanjutkan saja'. Karena semua sifatnya sementara.
Saya menginginkannya. Tapi tentu saja tak bisa dan tak mudah.

Now playing : Trouble-Coldplay.

Hidupnya. Hidupnya. Hidupnya.
Hah, kapan saya bisa terbuka di forum umum seperti ini. Semuanya masih saya simpan di dalam hati.
Saya menandakan bahwa akan sulit sekali memusatkan segala hal terhadap saya, melalui dirinya.
Pekerjaannya, kegiatannya, hidupnya.
Yang padahal ia sudah mendekati garis kesempurnaan. Yang mana saya tidak akan minta ia melewati batas, karena tidak akan pernah mungkin.
Tapi ya itu tadi, sudahlah. Sudah tak mungkin.

Eh, padahal ada kesamaan yang terasa menggelitik.
Sama-sama 'W'.

Tapi semua 'W' ternyata berarti 'Tidak Akan Mungkin'.

Kamis, 06 Januari 2011

:)

Ya ampun gusti.... Saya bisaa jatuh cinta lagi... Terserah ya, ini mau model temporer atau permanen, yang jelas saya berbunga-bunga lagi. Sampai mau nangis...
Saya suka energi jatuh hati! Saya suka! Saya suka bibirnya, saya suka tangannya, saya suka wangi tubuhnya, saya suka perkataannya, saya suka gaya mencibirnya, saya suka senyumannya, saya suka semuanya.
Ya ampun... Saya jatuh hati padanya! Ada energi positive yang menjalar di aliran darah saya!
Kali ini biarkan saya tenggelam dalam rasa syukur, bahwa ternyata saya tak mati rasa.
Dia. Yang sudah saya 'kencani' sekian lama, bisa saya rasakan kulitnya, jari jemarinya, hangat tubuhnya.
Tuhan, hey, terima kasih banyak. Saya tidak mau berhenti tersenyum. Mau tersenyum sampai pagi.
Omg! Jadi merasa seperti superwoman!
Hey you, mau sementara atau tidak, I love you!

Huggies kisses,
Yours

Selasa, 04 Januari 2011

Sekolah teramat membosankan. Aduh, rasanya mau kabur sekarang ke rumah, lepas contact lens, dan tidur. Projek tanggal 10 nanti benar-benar jadi momok yang bermasalah. Rasanya saya tidak sanggup. Dosennya pun tak berperikemanusiaan.
Entahlah desas-desus yang beredar itu benar atau tidak, tapi yang pasti itu memuakkan.
Yak! Dan teman-teman sudah mulai memasuki gerbang kelas. Entahlah.

Senin, 03 Januari 2011

Vacation wasn't fun at all. But still I was enjoying myself no matter what. Well, I can't tell anything. Just shut the airplane's door up and bak to home. I mean, hell.
Hell sweet hell.
Keep compromise and deal with this kind of 'stuff'.
Hmm... I guess itu destiny. Yes he is and I'm not.
Tapi at least saya mau terima semua. Tanpa terkecuali. Ego saya, yang disuruh dimakan oleh seseorang.
Saya telan bulat-bulat. Saya makan mentah-mentah.

Minggu, 02 Januari 2011

hanya saya

Ya pantas saja rasanya kalau si ego berbicara lain. Karena saya lelah menuruti apa yang orang lain mau, yang intinya 'mengorbankan saya'. Karena akan berbeda dengan mereka yang memberikan manfaat bagi saya dan bukan bajingan-bajingan tengik sialan itu.
(Mengetik harus membantu...)
Saya terlalu kalut saat ini. Terlalu. Dan yang paling membuat frustrasi adalah saya hanya bisa diam dan terus mengetik tanpa henti.
Saya kalut, tuhan. Saya tidak ingin punya manusia-manusia seperti mereka. Mereka tidak waras. Saya mau pulang...
Saya menyerah saja, tuhan. Dan ini keterlaluan. Mungkin kalau mereka mati pun, saya akan malas menangis. Ya, sangat mungkin.
Dan sekarang saya sedang bersama dua cunguk dungu di sini. Eh, sebenarnya hanya satu. Yang terhitung paling laknat.
Tuhan, saya marah sekali. Ada apa dengan saya dan ada apa dengan bangsat-bangsat ini.
Saya mau pergi. Saya mau pulang. Saya mau kamar. Saya hanya mau diri saya. Tanpa mereka. Tanpa siapapun.
Tanpa siapapun.
Hanya saya.