Rabu, 09 Februari 2011

Bapak Yang Terhormat...

Saya cukup menemukan bukti dimana terlalu banyak hal yang menyimpang yang telah terjadi di negara ini. Betapa hati saya rusak, hati saya patah melihat banyaknya tayangan di gedung DPR ataupun di jalanan sana. Saya masih belum bisa menemukan kata-kata yang lebih pas dibanding 'patah', 'hancur', dan 'rusak' untuk hati ini. Saya merasa tidak bisa berbicara kepada orang lain lagi. Saya tidak tahu harus lari ke mana.
Dan saya tidak tahu siapa yang akan 'membangun negara di dalam negara', karena pikiran saya terlalu penuh dijejali berita pengalihan kasus tak berujung. Terlalu banyak nama di kepala saya.

Bapak...
Saya tahu bahwa saya tidak salah kalau setiap kali melihat para gelandangan, saya pasti menangis.
Saya tidak salah.

Saya tahu bahwa saya tidak salah kalau saya tetap menaati peraturan lalu lintas disaat manusia-manusia lain melanggarnya.
Saya tidak salah.

Saya tahu bahwa saya tidak salah setiap mendengar nama FPI, maka saya akan meradang.
Saya tidak salah.

Saya tahu bahwa saya tidak salah jika mengutuk kemacetan setiap hari karena tidak adanya ketegasan dari aparat.
Saya tidak salah.

Saya tahu bahwa saya tidak salah ketika saya marah kepada birokrasi dan kaumnya, birokrat.
Saya tidak salah.

Saya tahu bahwa saya tidak salah ketika kekecewaan saya bertambah karena kebodohan petinggi negara terlihat jelas di layar televisi, dan saya hanya bisa diam, padahal sesungguhnya saya tahu.
Saya tidak salah.

Saya tahu bahwa saya tidak salah saat....

Saya tahu bahwa saya tidak salah saat saya sadar, bahwa saya berhenti mencintai negeri ini.

Saya mendalami, terlalu banyak kutukan untuk kami.

Saya hanya belum siap untuk kembali...

Sekian.

Hormat saya, untuk Tuhan-nya Indonesia,
V

Tidak ada komentar:

Posting Komentar