Sabtu, 20 Maret 2010

tuhan tuhan tuhan

Tuhan, beginilah rasanya jadi pemenang yang kalah. Aku kalah lebih dari apapun. Aku mau menyerah saja pada hidup.
Aku terlalu sering memenangkan pertandingan sehingga saat tiba waktunya dimana aku harus kalah dan mengalah, hati ini jadi beku.
Aku tak tahu siapa aku.
Dan seketika aku merindukannya.
Ayahku.

Rabu, 17 Maret 2010

T A I K B A B I

See?! Lihat saja gayanya! Belum melihat saja, saya sudah muak. Hari ini hancur. Hari, ayo dong sedikit berkompromi dengan hati! Saya kesal. Tanpa alasan, tapi mungkin saja ada.
Ada dia yang kesibukannya membuat saya mengelus dada.
Ada mereka yang dicuri perhatiannya dengan kesenangan masing-masing.
Saya mau menyalahkan hidup kali ini.
Saya bosan sendiri. Saya mau berdua.
Saya kesal sendiri. Saya mau membagi. Tapi dengan dia. Saya mau dia ada di sini. Saya benar-benar bosan sendiri.
Ini konteksnya bukan dijemput pacar,pria idaman,kekasih hati. Hah! Sudah tidak ada di dalam kamus hidup saya!
Bukan makan berdua dilihat orang-orang dengan mengumbar kemesraan. Bukan ditelepon tiap jam untuk memastikan saya masih hidup atau tidak.
Bukan dikirimi bunga mawar merah berduri yang rasanya jadi wangi sekali. Bukan di bbm-in cuma buat menanyakan saya sudah makan atau belum.
Bukan! Lebih dari itu! Saya mau sendiri kali ini.
Saya tidak mau mendengar apapun, melihat siapapun!
Saya marah dan saya siap melebur jadi satu dengan neraka.

Jumat, 12 Maret 2010

surat untuk tuhan-ku

Tuhan aku percaya semua akan lebih baik dari hari kemarin.
Aku terlalu lama berdiam diri untuk suatu hal yang berbau ketidakpastian.
Aku tidak tahu dan aku tahu apa yang membuatku sedih.
Aku tidak berbicara, aku tidak tersenyum, hidup terasa hambar dan sulit.
Tuhan, sepertinya aku terlalu banyak bicara padamu.
Tapi hanya itu yang bisa kulakukan.
Aku berusaha membuat semua hal menjadi normal, biasa-biasa saja.
Kata orang, hal-hal buruk akan hilang sekedip mata jika kita bisa melewatinya.
Tuhan, aku tak punya manusia lain untuk berbagi.
Ketika aku siap menceritakannya, aku ternyata tidak siap.
Aku nyaman membaginya denganmu saja.
Tuhan, apa aku akan selamanya jadi gadis kecilmu yang baik hati?
Aku tidak pernah punya maksud untuk mengecewakan orang lain ataupun menghancurkan.
Aku punya banyak niat manis dan perbuatan yang sesuai dengan apa yang mereka mau.
Aku sudah mengorbankan apa yang menjadi hak-hakku yang tunggal kepada banyak orang.
Aku sudah berbagi, menjalin hubungan yang sangat baik.
Tuhan, aku banyak bergumam dalam hati, mengumandangkan doa hanya padamu.
Tuhan, apa aku masih gadis kecilmu?
Gadis kecilmu yang rendah hati?
Bukan, bukan karena aku merasa tidak ada yang bisa dibanggakan. Aku selalu bersyukur.
Tuhan, aku masih punya cukup waktu untuk memperbaiki diri.
Tuhan, aku hanya mau ketenangan.
2 hari sudah amat cukup untuk tidak menggunakan hukum timbal balik.
Aku adalah pribadi yang selalu menceriakan dunia di seputaranku.
Aku mungkin hanya merindukan beberapa hal yang jauh dari pelupuk mata.
Tuhan, aku hanya mau semua akan baik-baik saja.
Hatiku begitu resah.
Tuhan, tolong aku, berikan kesempatan lagi.

sedikit untuk tuhan

Tuhan.... Sepertinya kemarin dan hari ini aku benar-benar kehilangan tenaga.
Aku menghabiskan waktu berbaring di kamar, nonton tv, membolak-balikkan majalah dan novel. Sampai aku merasa kadang ketika aku berdiri, mataku nyalang.
Karena aku tahu ada yang mengganggu pikiranku. Ditambah tidur siang dengan mimpi (lagi).
Aku mulai tidak menyukai mimpi. Aku butuh tidur yang tenang.
Tuhan.... Aku mempercayakan semua hidupku. Aku tidak bisa berhenti menyebut namamu.
Ketika akan tidur, bangun tidur, disaat kapanpun.
Tuhan.... Sepertinya aku akan tidur lagi.
Kali ini aku berharap tanpa mimpi dan ketika aku bangun nanti, semua akan kembali seperti semula.
Hatiku... Hidupku... Hatinya... Dan hidupnya...
Amin.

Kamis, 11 Maret 2010

Tuhan tahu,tidak?

Bahwasanya aku sangat mencintainya.
Aku merasa sangat tidak nyaman jika terjadi suatu hal kecil yang buruk pada dirinya.
Tuhan tahu, tidak?
Aku mempercayainya sebagaimana aku memberi semua iman yang kupunya untuk engkau.
Tuhan tahu, tidak?
Rasanya sangat menyakitkan melihatnya selalu mencintaiku walaupun hatinya galau.
Tuhan aku sudah berdoa padamu agar semuanya baik-baik saja.
Aku tidak mau dia terluka barang sedikit.
Terlalu banyak yang butuh dirinya.
Jangan pikirkan aku.
Aku membuat diriku sedikit lebih tenang sekarang, walaupun rasanya sesak sekali.
Tuhan, kau tahu betapa aku mengagumi dirinya.
Rupa adam yang sempurna, yang bisa meruntuhkan hatiku, membuatnya terbawa arus ke dermaga hatinya.
Tuhan, aku mau dia akan selalu baik-baik saja.
Tuhan, jangan sakiti hatinya, dan aku tahu kau tidak.
Tuhan, aku akan membawa banyak mimpi dan harapan ke dalam hidupnya.
Tuhan, aku tak mau lagi berat hati seperti ini.
Aku bahkan tak mau lagi makan nasi.
Aku hanya merebahkan diri ini di peraduan.
Aku teralu limbung untuk berdiri.
Jauhkan segala perkara darinya.
Tuhan tahu, tidak?
Aku terlalu mencintainya.
Aku mau menukar apapun untuk semua kebahgiaan yang akan ia dapatkan.
Tuhan tahu, tidak?
Aku terlalu mencintainya.
Karena hanya dia yang aku mau. Di dalam hidup ini.
Tuhan, semuanya akan lebih baik daripada ini.
Aku percaya pada tuhan.

tuhan tolong aku

Tuhan, tolong aku angkat semua bebanku. Lepaskan tinggi ke langit. Aku menggigil saat ini. Tuhan, tolong aku, aku sudah mencoba jadi anak baik. Apa semuanya tidak akan pernah cukup. Tuhan, tolong aku, jantungku berdebar terlalu kencang, ada yang salah.
Apa aku yang salah. Aku tidak melakukan hal-hal yang tidak dia inginkan. Aku menjaga diri ini sebaik mungkin. Tuhan, aku merasa hidupku mau berhenti. Aku menangis lagi, kali ini dimulai dengan hal yang tidak pasti. Selanjutnya, duniaku kabur lagi. Tuhan, aku bukan anak nakal. Jangan salahkan aku.
Tuhan, maafkan aku jika buat salah. Maafkan aku. Tapi aku hanya tak mau ada setitikpun rasa marah di dirinya. Aku tidak mau dia pergi. Tuhan, aku tidak nakal, tuhan tahu kan. Aku membuat tembok pertahanan untuk orang luar. Tuhan, tolong aku, anngkat bebanku, biaskan ke dalam cahaya malam.
Tuhan, tolong aku.
Aku serasa terkoyak. Tuhan, tolong aku.
Bawa saja aku pergi dari sini.
Tuhan....

Senin, 08 Maret 2010

hari ini adalah 'anjing-makan-tai'

Ketika saya akan mulai menulis,memceritakan, dan membicarakan tentang hidup saya, ibu saya, keluarga saya, saya jadi sadar bahwa saya menjadi lebih lemah dan lemas.
Power saya sebagai seorang manusia hilang dalam sekejap mata.
Ketika ada kejadian paling buruk (seperti hari ini,dan, maaf saya terlalu hancur untuk menceritakannya), saya coba untuk berbagi rasa dengan orang yang (saya pikir) bisa saya percaya. Tapi nyatanya tidak.
Ketika saya menceritakan siapa ibu saya sebenarnya, mereka memalsukan diri menjadi ciptaan tuhan yang baik hati.

Sekarang saya tahu, saya banyak berjuang. Berjuang untuk berpura-pura bahwa saya tidak akan mati bunuh diri. Saya banyak berjuang menyembunyikan remahan hati yang remuk ini, bahkan secara pribadi.
Saya lupa aspek asertif dalam monolog.

Hari ini saya benar-benar tidak bisa mengasihani diri sendiri, karena batasnya saja sudah saya lampaui.
Saya bingung sekarang berada di mana.
Benar, saya selalu membuat tanda senyum di bibir, wajah ceria.
Padahal saya buta akan artinya.
Saya sudah mencapai batas 'tidak-bisa-mentoleransikan' apa yang sudah terjadi.
Saya kehilangan batas kesadaran.
Saya kehilangan siapa diri saya sebenarnya.

Terima kasih tuhan,untuk hari yang hancur lebur asal-asalan.
Saya butuh tidur.
Dan tidak ingin bangun lagi.
Selamanya.

Ps : saya tidak membayangkan surga itu indah. Saya terlalu menikmati neraka. Sampai-sampai saya kecanduan.
Saya tidak bisa lepas dan lari.
Saya mau dan tidak mau mati.

Jumat, 05 Maret 2010

Ada Satu Cerita

Saya banyak menerawang apa yang akan menjadi masa depan saya. Hal yang mutlak yang harus saya jalankan walaupun dengan duka masa lalu dan kini, betapa banyak sekali hal yang saya pertimbangkan demi kebaikan-kebaikan hidup saya. Saya membayangkan bagaimana nanti saya akan menjadi seorang istri yang diidam-idamkan oleh suami sendiri. Membayangkan bagaimana saya akan mengambil alih tugas seorang ibu bagi anak-anak saya. Penggambaran di otak saya berlari dengan liar. Saya ingin sekali ada kehidupan baru dan saya sebagai mediatornya. Membayangkan menimangnya, mengecup bibirnya setiap malam, memberikan doa yang tak akan berkesudahan. Dengan segala sakit dan peluh. Resiko dan pengorbanan.

Semuanya terasa begitu kompleks sebenarnya. Saya siap dan tidak siap.
Saya berharap ia berdetak. Membangun nyawa di sini, di rahim ini.

Kamis, 04 Maret 2010

Saya

Saya mempunyai banyak ketakutan tersendiri di dalam hidup yang kadang menjemukan. Saya merasa bahwa kadang saya berdiri terlalu lama dan oleng tertiup angin, karena saya sebenarnya merasa sangat lelah atas apa yang sudah terjadi.
Saya banyak berpikir. Realistis maupun tidak. Hampir sama rasanya.
Saya sering kali kalah. Lebih sering kalah oleh diri sendiri. Dan semuanya membuat galau. Sering kali saya berharap bisa menghilang, tanpa ada siapapun yang masuk lagi.

Saya lebih sering menangis dalam diam.

Senin, 01 Maret 2010

Saya marah. Saya sedih. Saya hancur. Marah ini dicampur aduk. Rasanya sudah tidak ada pola. Tuhan, saya butuh berlari sejauh mungkin. Saya akan meledak bersama dengan seluruh partikel di udara. Saya cemburu, saya hancur. Orang-orang tidak mau tahu. Saya mau terlalu banyak hal yang di mana semua hal itu jadi bumerang untuk mental seorang saya.
Saya mau teriak sampai suara habis! Saya kacau!

Saya bosan bertanya 'kenapa', tuhan juga sudah muak mendengarnya.
Saya bosan sendiri, saya mau mati.
Saya bosan mencemburui, hidup ini begitu kompleks sampai saya kehilangan diri ini.
Saya lelah karena tuhan sudah muak.
Di mana stabilizer saya! Saya marah, saya hancur!

Bukan saya! Tapi mereka!
Saya bohong! Saya yang jadi pecundang sialan!

Saya mau berlari sejauh-jauhnya. Saya benci semua yang ada di sekitar! Saya benci semua orang, tanpa terkecuali!
Saya harap mereka juga!
Benci saya! Saya muak! Saya mau menangis teriak-teriak!

Saya tidak mau keluarga!
Saya tidak mau teman dan sahabat!
Saya tidak mau ada dia!
Saya tidak mau ada si jalang sialan!
Saya tidak mau ada masa lalunya yang selalu sukses membuat saya menjerit-jerit dalam mimpi!
Oh ya, saya tidak mau ada mimpi!

Saya sialan! Tapi mereka lebih lagi!

Saya tidak mau masa lalunya! Saya tidak mau masa sekarangnya! Saya tidak mau masa depannya!
Saya benci mereka!
Saya benci mereka!
Saya benci mereka!
Saya tidak bohong!
Saya benci mereka!