Sabtu, 10 April 2010

Personal I

Sudah beberapa malam minggu saya lewati di rumah. Sendiri. Saya merasa nyaman melakoninya. Ada beberapa pertimbangan yang merubah keseluruhan diri saya secara total. Perlukah saya ungkapkan?
Saya sedang membagi perasaan dan pikiran dengan seseorang yang berada di 'sana'. Saya benar-benar ingin menjadi sosok terbaik.
Tapi pertanyaan ini selalu berputar di kepala. "Akankah ini cukup?"
Setelah apa yang saya alami selama beberapa tahun belakangan ini, yang membuat pedih maupun senang. Saya sudah banyak belajar dari kesemuanya.
Tapi kali ini, saya menjaga semuanya dengan hati-hati, tanpa terlalu hati-hati.
Walaupun banyak hal yang mempunyai peluang menghancurkan kredibilitas saya sebagai seorang wanita, tapi saya senang bisa membatasi diri dari segala hal duniawi yang berlebih.
Benar ya kalau mendengar orang berbicara bahwa saya menjadi dewasa sebelum waktunya. Saya hanya bisa berharap bahwa saya tidak akan menyesal ke depannya.
Saya ingin berbagi cerita, secara personal.
Saya pernah menjalin suatu hubungan serius dengan pria dewasa yang pada akhirnya saya ikut bertingkah dewasa. Dalam ucapan, dalam tindakan, dalam keseharian, dan sampai detik inipun masih terbawa.
Kami pernah merancang sebuah pernikahan dengan segala tetek bengek konsekuensi yang harus ditanggung. Mungkin lebih tepatnya saya yang dipaksa menikah.
Sebelumnya, saya datang dari keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung di dalam sebuah pendidikan. Lalu, bagaimana saya bisa bergerak disaat usia saya belum memenuhi kriteria pernikahan dan (maksudnya) harus menanggalkan itu semua hanya demi pernikahan, yang saya belum tahu pasti apakah akan berjalan dengan mudah atau tidak.
Saat itu saya labil sekali.
Di satu sisi, saya boleh berbangga hati karena ternyata ada pria yang mau membagi seluruh hidupnya bersama saya. Tapi di sisi lain, saya tidak bisa.
Saya berbicara dengan sangat diplomatis, mencoba mengatakan 'tidak', dan menjelaskan semua.
Dan ketika semuanya harus berakhir, saya belajar (lagi) untuk tidak menyesali diri.
Karena disaat yang lebih tepat nanti, saya akan lebih bisa mengerti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar