Kamis, 29 April 2010

Ada Dia, tapi Tak Ada....

Beberapa minggu terakhir ini agak hampa. Ada dia, tapi ternyata tak ada. Ada beberapa kebiasaan dan ritual yang biasa dijalani, tapi ternyata harus berhenti hanya sampai di situ.
Ya, kami bukan mengejar apa yang mereka bilang 'rasa'. Kami menjalani kisah baik yang romantis. Atau, mari sebut saja romantisme. Tapi semua berbalik pergi dan menjauh.
Saya mau berteriak. Saya dahaga. Saya pikir semua akan sangat baik sampai tiba waktunya di mana pasukan harus bubar jalan. Wah, dalam kondisi seperti ini, posisi jalan di tempat rasanya akan lebih nyaman ya.
Tapi beruntungnya, saya jadi lebih dewasa. Entah ya apa maksudnya. Tapi perubahan itu... Saya merasakannya langsung. Berkembang dan meledak di setiap sel tubuh ini.
Anehnya, orientasi saya berputar tajam. Aneh sekali. Saya berubah. Saya secara sadar dan tidak merubah diri ini.

Beberapa minggu terakhir ini, selalu ada masanya saya merasa kosong dan menyedihkan. Walaupun setelahnya, saya coba bangkit lagi.
Apa dia merasakan hal yang sama. Dan apakah saya mau peduli. Saya berharap jawabannya akan semacam 'iya'. Saya tidak sanggup berbohong terus. Saya hidup dalam kenyataan seperti yang selalu saya teriak-teriakkan.
Saya biasa menyukai malam. Saya biasa menyukai pagi. Tapi nyatanya kadang mereka malah jadi pemberi siksa yang luar biasa.
Saya tidak mau jiwa saya jadi kebas. Saya patah hati. Saya hancur karenanya. Beberapa kali.
Saya banyak berbicara dengan tuhan saya sendiri. Sangatlah membantu.
Saya hanya sangat tidak suka sendirian.
Dan sekarang dia pergi.
Entah harus bicara apa lagi.

Dear you,
Banyak-banyak doa, kasih, berkat untuk kamu.
Semua maaf mau aku tuang ke dalam waktu. Walaupun mungkin kesempatanku sudah habis.
Habis. Atau masih ada lagi.

Speechless.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar