Senin, 20 Desember 2010

E. L. G. N. I. S

Apa saya salah ya walau sebenarnya tidak ada hak sama sekali. Atau anggap saja ini sebagai curahan hati. Saya berpikir keras sepanjang hari. Sampai sebegitunya-kah? Iya.
Saya sudah korbankan semuanya, tapi kenapa lagi-lagi harus bertemu orang-orang macam itu. Ya maksud saya sih simple. Kalau sudah dibaik-in sama orang mbok ya balas baik gitu loh.
Contohnya, sudah tahu mau ketemu, lantas saya bilang kita bertemu di tengah saja. Dia jalan, sayapun jalan.
Alasan pertama : belum punya rupiah.
Alasan kedua : sakit mendadak.
Alasan ketiga : tidak ada orang di rumah.
Lah, maunya apa sih sebenarnya. Apa karena hal 'itu'? (Saya belum sanggup menyebutnya)
Dari dulu mendulu, selalu saya yang datang. Selalu saya. Dia hanya sekali. Satu berbanding dua juta. Rasanya kok ya tega sekali.
Kan alangkah fair-nya kalau sama-sama capek. Dan lagian dia juga bukan putra raja minyak.
Belum sifat dan sikapnya yang kacau balau. Saya rasa sih otaknya geser. Sebenarnya setiap waktu jadi makan hati. Tapi kalau tak diberi respons, lebih tak sopan.
Serba salah rasanya.

Saya kan jadi berpikiran jorok. Saya pikir memang karena sebenarnya dia tak mau merugi kalau bertemu dengan saya.
Tapi ini bukan proses jual-beli, bung. Saya wanita istimewa yang harusnya melihat pengorbanan pria, sampai mana ia mau berlari untuk saya.
Saya terlalu mahal untuk mengulang tahun lalu.
Saya terlalu baik untuk manusia tanpa usaha seperti dia.
Saya senang sendiri. Saya tak merasa terbebani walau hanya dengan seorang saya.
Saya puas bisa punya kesenangan sendiri, tanpa siapapun.
Saya malah lebih lega tanpa dia.
Saya bahagia hanya punya saya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar