Minggu, 14 November 2010

Dear Mikey

Setiap berkomunikasi yang paling hanya sepatah dua patah kata seperti 'hw r u - I'm good' dengan Mikey ya selalu begitu. Tapi kali tadi saya sedikit tertegun. Apa itu yang namanya inside feeling? Kalau iya, saya tidak bisa membayangkan dengan berapa manusia, saya menjalin inside feeling.
Setiap kali ada kesempatan, dia masih meluangkan waktu menanyakan mum, sisters, dad. Acapkali. Dan tadi, lagi-lagi, kata-katanya mengalir kembali.
Kapan holidays, kapan saya bisa beli tix untuk kamu, dan masih banyak 'kapan' yang lainnya. Saya bersyukur ternyata hubungan masa lalu bisa membawa saya sampai ke sebuah harapan kecil. Yang sebenarnya, tinggal menunggu saya berkata 'iya', dan semuanya terkabul.
Tapi hidup saya rasanya lebih dari itu. Banyak pertimbangan, banyak hal yang harusnya dipikirkan selain pergi mendadak ke negara lain. Hidup saya lebih mahal daripada itu. Di samping faktor kuliah, saya secara personal, dan perintilan lainnya. Tapi di atas semuanya, mental saya.
Dia memang dikejar umur untuk menikah dan punya anak. Tapi saya, kebalikkan dari sisi mata uangnya.
Saya masih bersyukur merasa dihargai. Tapi ini masalah hidup, bukan lust dan label.
Kalau mau dipikir jauh, harusnya saya bisa sedikit bangga dengan sistem politik yang dianut keluarga internal saya, walaupun hidup kami sangat sederhana (ini harus dijelaskan lebih lanjut agar tidak terjadi salah paham), tapi memang kami tidak mengutamakan kebahagiaan modal dari orang lain selama masih bisa menciptakan kebahagiaan itu sendiri walaupun harus merangkak.
Saya tahu dia punya semuanya. Saya sudah bilang, dia hanya tinggal jentik-jentik jari maka semuanya bisa jadi ladang emas. Tapi lagi-lagi. Saya maunya hidup saya bisa lebih dari itu.
Toh kalau saya tidak bahagia juga, untuk apa. Terlebih jika ingat track record-nya yang amburadul berantakan acak-acakkan. Rasanya belum mau atau bahkan tidak sama sekali ya.
Dan saya tidak mau hubungan baik kami jadi putus hanya karena hal sepele. Makanya saya berusaha tak mengacuhkan dia.
Saya butuh bicara. Mungkin dengan diri saya saja.

Dear Mikey, I miss you.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar