Rabu, 05 Mei 2010

d e a t h

Baru beberapa detik yang lalu rasanya saya sedang berdiri di pinggir jalan, bersiap ke kampus, dan mobil iring-iringan itu lewat tepat di depan mata saya.
Mobil iring-iringan jenazah. Beserta para keluarga, atribut-atribut, dan para aparat yang sedia mengawal.
Selintas saya melihat keluarga yang duduk di dalamnya. Tapi mereka masih bisa saya temui, kecuali seorang wanita baik hati yang terbujur kaku di dalam peti kayu, di dalam mobil jenazah itu. Yang paling akhir. Terakhir.

Saya melihatnya sampai hilang di tikungan jalanan besar. Ini benar-benar yang terakhir.

Saya...
Meyakini bahwa alam memberi kita nyawa dan tanda-tanda. Entah apa itu sense of death, jaraknya sangat dekat dengan kita. Dan, parahnya saya merasa bisa merasakannya.
Siapapun manusia-nya.
Tapi yang saya percaya juga ialah, mungkin semua orang bisa merasakannya karena akan ada perbedaan antara hati dan otak. Mungkin ini yang mereka bilang 'pertanda'.

Saya...
Ketika melihat tante saya, sebelum peti kayu yang kaku itu ditutup, merasa tenggelam dalam rasa yang sukar diberi nama. Karena beberapa tahun lalu, ketika nenek dan kakek saya meninggal di rumah, otomatis cucu-cucu dewasa mereka yang berjumlah 4 orang-lah yang mengambil alih tugas-tugas tradisi kematian.
Apapun itu, saya trauma.
Beban moril yang ditanggung harus dengan cerdas, diseimbangkan dengan kesadaran penuh.

Saya...
Tidak pernah takut sama yang namanya 'kematian' itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar