Apa yang mendasari orang-orang yang statusnya adalah 'dewasa', ketika mereka terlihat berpasangan, saling cocok dan melengkapi, dan ketika orang lain sudah mencium aroma perkawinan, mereka malah tersipu-sipu 'gak-nyenengin' (khusus buat saya aja ya!) dan ngeles dengan penyataan-peryataan yang kurang masuk akal.
Apa karena saya yang menyalahi kodrat manusia Asia yang tipikal?
Perkawinan kan seharusnya baik bagi orang yang merasa siap dengan hubungannya, yang ingin membawanya ke sebuah level ikatan yang lebih tinggi.
Kenapa?
Kalau saya yang dilempari pertanyaan model 'kapan kawin' ya jawabannya jelas. Karena saya memang belum siap. Mental dan finansial. Nah, jadi sekarang apa sih yang (tetap) menghalangi orang-orang dewasa untuk lebih terbuka pada realita?
Atau mereka hanya takut menghadapi sebuah kenyataan?
Atau hanya berjaga-jaga kalau-kalau hubungannya yang saat ini tidak berhasil?
Menjaga muka?
Kalau harus terus menjaga reputasi dan pandangan orang terhadap dirinya, kok rasanya cukup kerdil untuk menyebut mereka dewasa.
Saya bahkan bisa lebih dewasa dari itu.Toh gagal dan berhasil akan terus melekat jadi hakikatnya manusia. Tidak akan bisa dihalau. Tidak akan bisa dihindari.
Dasar manusia 'dewasa'!